Senin, 9 Desember 2024
Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa
Kej 3:9-15.20.
Mzm 98:1.2-3ab.3bc-4.
Ef 1:3-6.11-12.
Luk 1:26-38
ALLAH sering bekerja melalui hal-hal yang terlihat lemah, sederhana, dan bahkan tak berarti di mata dunia.
Ketika Ia memilih untuk menyelamatkan umat manusia, cara-Nya jauh dari harapan banyak orang.
Bukannya datang dengan kekuasaan dan kemuliaan duniawi, Ia justru memilih tangan-tangan yang lemah dan hati yang rendah untuk melaksanakan rencana keselamatan-Nya.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Maria yang dikandung tanpa noda. Maria seorang gadis muda dari desa kecil, yang dipilih untuk menjadi ibu dari Sang Juruselamat. Kehidupan sederhana dan kerendahan hatinya menjadi alasan Allah berkenan memilihnya.
Pemilihan Maria menunjukkan bahwa Allah tidak tergantung pada kemegahan manusia. Ia dapat menggunakan siapa saja yang mau membuka hati, seberapa pun terbatasnya kemampuan kita.
Melalui tangan-tangan yang sederhana, Allah terus bekerja untuk membawa damai, pengharapan, dan keselamatan bagi dunia.
“Tukang es teh bisa menurunkan utusan Presiden,” celetuk sahabat saya.
“Tidak ada yang menyangka bahwa hari itu akan terjadi “gempa” dalam kehidupan seorang yang baru diangkat menjadi utusan presiden dalam kabinet baru.
Kata-kata yang tidak semestinya terucap, terucap dalam candaan yang melecehkan penjual es teh. Penjual es teh itu kaku menjadi bahan olok-olokan dan tertawa banyak orang.
Keadilan datang, ketika ada orang yang menyebarkan situasi tersebut. Banyak orang tidak setuju dan menentang sikap arogan tersebut. Reaksi tidak terbendung hingga dia utusan presiden itu minta maaf dan mundur dari jabatannya.
Tuhan membela orang kecil dan menggunakan untuk menurunkan orang yang congkak dan tinggi hati,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.”
Melalui bacaan hari ini kita diajak untuk meneladan Maria dengan bersikap rendah hati, berusaha mendengarkan, berpikir positif, dan memperkuat hubungan kita dengan Allah dalam doa.
Kesediaan Maria menjadi Ibu Tuhan dan kerendahan hatinya dalam melaksanakan semua yang disampaikan Tuhan melalui Malaikat Gabriel menjadikan Maria sebagai model dari kerendahan hati seorang Kristiani.
Maria tidak berdebat dengan Gabriel dan mempertanyakan banyak hal, melainkan menyimpan semua dalam hatinya dan percaya bahwa rencana Allah lebih besar daripada apa yang dia bayangkan dan tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Jangan takut pada kelemahan kita, karena justru di dalam kelemahan, kuasa Allah dinyatakan. Mari kita percaya bahwa tangan sederhana kita dapat menjadi saluran kasih-Nya untuk dunia.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku siap menjadi alat Tuhan?