Amarah yang Menghancurkan

0
36 views
Ekspresi marah

Jumat, 14 Maret 2025

Yeh. 18:21-28.
Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26

KATA-kata adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi penawar, tetapi juga bisa menjadi racun.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mengucapkan kata-kata tanpa berpikir panjang, terutama saat marah, kecewa, atau merasa benar sendiri. Tanpa kita sadari, kata-kata tersebut dapat melukai hati, membunuh semangat, dan menghancurkan kehidupan orang lain.

Ketika amarah menguasai, kita cenderung berbicara tanpa kendali. Lidah menjadi tajam, menusuk tanpa peringatan. Saat itu, kita bisa dengan mudah melabeli seseorang sebagai kafir atau jahil, bodoh, hanya karena perbedaan pendapat atau ketidaksepahaman.

Kata-kata yang keluar dari mulut kita bukan hanya suara, tetapi juga energi yang bisa membangun atau menghancurkan.

Ucapan yang buruk bisa membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga, bahkan putus asa dalam hidupnya. Betapa banyak orang yang terluka bukan karena pukulan fisik, tetapi karena kata-kata yang merendahkan dan menyakiti mereka.

Kita mungkin berpikir bahwa kata-kata hanyalah angin yang berlalu, tetapi luka yang ditinggalkannya bisa bertahan seumur hidup.

Hati yang bersih akan memancarkan kata-kata yang baik. Sebaliknya, hati yang dipenuhi amarah, kesombongan, dan kebencian akan melahirkan ucapan yang menyakitkan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir, harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil, harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Yesus memberikan peringatan keras tentang bahaya amarah dan ucapan yang merendahkan sesama.

Karena kata-kata memiliki kekuatan. Ucapan yang penuh kemarahan, penghinaan, atau penghakiman dapat merusak hubungan, menimbulkan kebencian, dan bahkan menghancurkan kehidupan seseorang.

Marah adalah emosi yang manusiawi, tetapi jika tidak dikendalikan, ia dapat menjadi alat setan untuk menanam kebencian. Ketika kita membiarkan amarah menguasai hati kita, kita membuka pintu bagi dosa yang lebih besar.

Amarah yang tak terkendali bisa berubah menjadi kebencian, dendam, dan akhirnya, kekerasan baik dalam tindakan maupun perkataan.

Yesus mengajarkan bahwa marah kepada sesama tanpa alasan yang benar sudah cukup untuk mendatangkan hukuman.

Hal itu disebabkan karena amarah yang dipendam bisa membunuh kasih di dalam hati kita dan merusak relasi dengan sesama serta dengan Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa menata hati dan pikiran serta perasaan hingga tidak dikuasai amarah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here