Anak Kita Meniru Siapa?

0
101 views
Jatidiri Orang Kuat, Justru tak Pernah Gunakan Kekerasan. (Romo Suhud SX)

Puncta 29.03.23
Rabu Prapaskah V
Yohanes 8: 31-42

MENJADI pertanyaan banyak orang mengapa akhir-akhir ini banyak anak melakukan tindakan kriminal seperti penganiayaan, tawuran, perkelahian, bahkan pembunuhan?

Siapa yang mengajari mereka bertindak brutal, bengis dan tak berperikemanusiaan?

Kalau orangtua sudah berusaha mendidik dengan baik, lalu kenapa anak-anak ketika di luar rumah berlaku kejam, tidak tahu sopan santun?

Siapa pendidik mereka sebenarnya?

Dari mana contoh-contoh kriminal itu mereka dapatkan? Anak-anak kita ini meniru siapa sebenarnya?

Masih ada banyak pertanyaan di benak kita yang belum dapat jawaban tuntas.

Apa artinya mendengarkan kotbah di tempat ibadah, kalau sesudah keluar dari rumah doa terjadi tawuran, pengeroyokan dan bacok-bacokan?

Apakah ada kotbah-kotbah yang mengajarkan kebencian, balas dendam dan saling membunuh?

Dialog dalam Injil yang kita baca hari ini menggambarkan kesenjangan antara iman dan perbuatan, ajaran moral dan perilaku nyata.

Orang-orang Yahudi mengaku, “Kami adalah keturunan Abraham.”

Mereka juga berkata, “Bapa kami adalah Abraham.”

Abraham adalah orang pilihan Allah, orang yang setia melaksanakan kehendak Allah. Ia menjadi teladan kaum beriman dalam kata dan perbuatan.

Mereka mengaku sebagai keturunan Abraham, tetapi perbuatan mereka tidak sesuai dengan teladan Abraham.

Yesus berkata, “Sekiranya kamu adalah anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan adalah berusaha membunuh Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu.”

Apa yang diakui dan diamini tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Apa yang dipercaya tidak mewujud dalam tindakan nyata.

Mengaku orang beragama tetapi kelakuannya jauh dari ajaran agama. Mengaku orang beriman tetapi berlaku kejam tidak berperikemanusiaan.

Kata Yesus kepada orang-orang Yahudi, “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”

Dari peristiwa-peristiwa kekerasan, penganiayaan, dan kenakalan anak-anak kita akhir-akhir ini, patutlah para orangtua bertanya, sudah benarkah cara kita mendidik anak-anak di tengah keluarga?

Mencari udara segar di tengah-tengah persawahan,
Sambil melihat mobil berlalu lalang di jalan raya.
Mengaku anak Tuhan tapi tak berperikemanusiaan,
Mengasihi sesama diwujudkan dalam tindakan nyata.

Cawas, orangtua bertanggungjawab…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here