Anak Tunggal Ingat Orangtua, Sangat Peduli pada yang Jompo dan Sakit

0
289 views
Ilustrasi: Orangtua.

BAPERAN-BAcaan PERmwnungan hariAN.

Jumat, 21 Januari 2022.

Tema: Dirimu juga diutus.

Bacaan

  • 1 Sam. 24: 3-21.
  • Mrk. 3: 13 – 19.

“SELAMAT siang Mo. Saya umat baru di paroki ini. Saya baru pindah dari luar Jawa. Saya ingin mendaftarkan di lingkungan dan apakah saya boleh terlibat di paroki, Romo?” tanya warga baru di paroki.

“Wow. Hebat. Salut saya. Jarang menjumpai umat seperti bapak,” kataku sambil menyalami mereka satu persatu.

“Selamat datang ya.”

Datang bersama keluarga lengkap. Mereka ingin mendaftarkan diri di lingkungan di tempat yang baru. Dan ingin pula terlibat dalam pelayanan gerejani.

“Iya Romo. Kami selalu melakukannya sejak dulu. Kami selalu berpindah-pindah sekitar 5-6 tahun. Maklumlah. Kami bekerja di sebuah perusahaan yang ingin mengembangkan sayap usahanya di berbagai daerah.

Saya mengawali karier awalnya sebagai pegawai medior dan sekarang boleh dikatakan masuk kategori senior.

Sering diminta menyiapkan, membuka dan menemani proses awal cabang perusahaan yang baru.

Saya beruntung, karena di tempat baru selalu mengenal banyak imam di masing-masing lokasi.

Kenalkan, ini keluarga saya. Kami punya anak tiga. Semua kuliahnya di Yogja. Di sana ada rumah warisan peninggalan orangtua.

Saya anak tunggal. Isteri dan anak lebih banyak di Yogya.

“Bidang apa yang membuat bapak bisa bersukacita dalam pelayanan?” tanyaku kepo.

“Mengunjungi yang sakit dan lansia. Lebih-lebih yang kurang mampu. Kebetulan keluarga kami lebih dari cukup. Jadi bisa bantu-bantu sedikit,” jawabnya.

“Kenapa memilih bidang pelayanan itu?” tanyaku sedikit mendesak.

“Kadang mereka kurang dikunjungi dan saya selalu ingat kondisi orangtua sendiri.

Saya anak tunggal. Sesudah kedua orangtua menikah sembilan tahun kemudian barulah saya lahir. Saya selalu bersama bapak ibu.

Di hari tuanya, sayalah yang akhirnya merawat mereka di sela-sela bekerja. Bagi saya, kesibukan itu menyenangkan.

Saya bisa membalas kebaikan orangtua yang telah melahirkan, membesarkan dan bersusah payah untuk saya.

Kebetulan isteri saya juga anak tunggal. Tapi orangtuanya sudah meninggal, sejak dia SMA.

Mungkin ada kerinduan. Maka kami selalu bergembira merawat orang-orang tua. Isteri gemen ati terhadap orang-orang tua, Mo.

Saya juga pernah menjadi asisten imam. Jadi sambil mengunjungi saya memberikan Komuni Kudus.

Kami selalu berdua melayani.  Isteri kebagian memilih lagu dan membaca Kitab Suci,” jelasnya panjang lebar.

“Wah bisa serasi nih. Sejalan sepengutusan. Banyak hal bisa dikaitkan dalam pelayanan kalian. Terimakasih mau terlibat dan menawarkan diri. Silahkan melayani,” responku bersemangat.

“Ayo… mari datang ke sekretariat. Ambil daftar oma opa yang ada di wilayah bapak dan ibu. Saya akan memberitahu Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah.

Nanti kalau ada waktu, datanglah ke Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah ya. Berkenalan  sekaligus mendaftar menjadi anggota komunitas. Bersama yang lain, silahkan berbuat sesuatu,” imbauanku.

Di hatiku, saya bangga dan lega. Ada banyak umat yang dengan sukacita melayani. Berinisiatif, tidak usah menunggu diutus.

Keluarga ini datang sendiri. Dengan niat baik menawarkan diri untuk diutus.

Memanglah menjadi berkat bagi sesama adalah persembahan iman kepada Tuhan.

Memilih pelayanan yang kurang ditelateni itu juga bentuk cinta. Ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan.

Lama setelah perjumpa itu, keluarga ini masih kontak. Memohon doa untuk puteri ragilnya yang akan mengucapkan kaul sementara sebagai suster biarawati.

Buah-buah pelayanan dan kebaikan selalu menghasilkan sukacita surgawi.

Tuhan pun memerlukan tangan tangan kita untuk melanjutkan karya penebusan-Nya. Kita dipercaya. kita dapat diandalkan.

Panggilan dan pengutusan Tuhan selalu misteri dan mengagumkan. Menggetarkan hati.

Ia memanggil dan mengutus kita tepat pada waktunya. Berdoa dan memintalah “saat” itu.

Engkau pun di-utus-Nya. Diandalkan-Nya.

Demikian pun yang dilakukan Yesus.

“Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Mereka diutus untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberikan-Nya kuasa untuk mengusir setan.” ay 13 – 15.

Tuhan, dalam misteri kasih-Mu, keluargaku Kau lingkupi. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here