Antara Sahabat dan Musuh

0
234 views
Ilustrasi: Menangisi kematian orang terdekat. (Ist)

SEMUA orang akan mati, baik sahabat maupun musuh. Masing-masing menyisakan perasaan yang berbeda.

Bila seorang musuh mati, mungkin orang akan senang. Tentu respon demikian kurang pantas. Kalau ada sahabat yang wafat, perasaan yang ditinggalkan sedih; bisa tersayat-sayat.

Bagaimanakah perasaan seseorang yang secara bersamaan kehilangan musuh dan sahabat. Ke mana perasaannya dibawa?

Campur aduk. Itulah yang dialami Daud.

Saul yang memusuhi dan mencoba membunuhnya mati bersama Yonatan, anaknya yang adalah sahabat Daud.

Bagaimana sikap Daud?

Mendengar mereka wafat, Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya … meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam (2 Sam 1:11-12).

Dia berkata, “Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah.” (2 Sam 1: 23).

Daud dapat melihat kebaikan dan kelebihan dari sahabatnya dan juga sisi positif orang yang memusuhinya. “Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran” (2 Sam 1: 25).

Hati mulia dapat menghargai kebaikan sesama, baik yang menjadi sahabat maupun musuh yang kebenciannya sampai jidat. Tidak mudah bersikap di tengah situasi demikian.

Daud dapat berdiri di antara sahabat dan musuh.

Death may be the greatest of all human blessings.” (Socrates).

Sabtu, 22 Januari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here