Artikel Pencerah: Dua Primadona yang Digdaya

0
136 views
Ilustrasi: Sahabat-Nya akan bercahaya bercahaya seperti matahari by community of catholic.


MINGGU lalu, di suatu pagi, keluhan lirih terdengar dari kamar mandi. “Air hangat tak keluar”.

Sore hari, keluhan serupa terdengar lagi dari arah dapur. “Air hangat mati”.

Untung kemudian teringat, sudah empat hari matahari bersembunyi di balik awan. Sinarnya hanya keluar malu-malu kucing dalam hitungan menit. Selebihnya, mendung menggelayut sepanjang hari.

Pantas, pemanas bertenaga matahari ngadat, tak lagi mengeluarkan air hangat. Sinarnya yang perkasa tak menembus bumi untuk memanaskan “kolektor panas”. T

erpaksa kami mengubah “solar mode” ke “electrical mode”.

Tagihan listrik bakal naik sepanjang musim penghujan yang parah, gara-gara “La Nina”.

Tak hanya air hangat yang ngambeg mengucur karena matahari tertutup mendung. Semua aspek kehidupan di jagad raya niscaya mandeg tanpa matahari.

Pohon tumbuh, berbunga dan berbuah gara-gara matahari. Oksigen tercipta dari daun di proses asimilasi, karena matahari. Bahan bakar fosil terbentuk ratusan atau ribuan tahun oleh matahari.

Sahabat kami, Dokter Deasyani Wulandari, mengaku sembuh dari pegel-pegel atau flu karena berjemur di bawah siraman sang surya, 15 sampai 20 menit.

Dokter Handrawan Nadesul selalu berpesan kepada para peserta seminar untuk dedhe setiap hari sepanjang 20-30 menit.

Vitamin D terbentuk otomatis karena proses mekanisme alam yang ajaib, berkat matahari. Litani bisa terus diperpanjang sampai jumlah halaman tak hingga.

(Sinar) matahari adalah ciptaan dan hadiah-Nya yang istimewa dan tak terhingga manfaatnya. Matahari tidak hanya sinarnya saja, tapi juga kehidupan dan harapan itu sendiri.

“The sun, the bright sun, that brings back, not light alone, but new life, and hope, and freshness to man”. (Charles Dickens – 1838)

Dalam cerita pewayangan, dewa matahari atau Batara Surya atau Baskara, menjadi tokoh di kahyangan karena sakti mandraguna.

Batara Surya terkenal suka memberi pusaka atau ajian kepada orang-orang pilihannya. Semua menggambarkan kehebatan matahari, yang nyaris tanpa saingan.

Ironis, saya baru “mengenal” kehebatan matahari dalam 10 bulan ini. Pandemi membuat orang panik. Mencari semua penangkal dan penyembuh.

Para ahli sepakat bahwa matahari adalah alam perkasa untuk melawan virus Corona. Puluhan tahun saya terlena dengan keberadaannya yang cuma-cuma.

Matahari punya saudara kembar, yaitu udara (bersih). Ia mengandung 20% oksigen yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup.

Manusia mutlak membutuhkannya, tumbuhan tak bisa hidup tanpanya, binatang mati tercekik bila tak ada udara yang masuk ke paru-paru atau insangnya.

Persis kepada sang surya. Saya menyia-nyiakan keberadaan dan kegunaan udara. Tak ingat kalau sedikit susah bernafas, orang gelagapan.

Tubuh justru semakin menolaknya. Terbentuk lingkaran setan yang semakin membesar. Bukti bahwa udara adalah bagian dari nyawa manusia.

Sekali lagi, pandemi menyadarkan saya. Hingga lari kepada-Nya, lewat matahari dan udara. Semakin hormat dan menghargai kedua saudara kembar pemberianNya. Karunia itu begitu mulia, begitu luarbiasa, begitu ajaib.

Sekian lama kita menyepelekannya. Jangan sia-siakan keduanya. Saatnya merangkul keduanya. Buka pintu dan jendela lebar-lebar. Sibakkan tirai dan gorden. Persilakan mereka masuk ke dalam rumah dan tubuh anda.

Nikmati maslahatnya. Tatap sinarnya, hirup udara dalam-dalam dan tahan di dada. Insya Allah, Puji Tuhan, penyakit dan segala biangnya sirna.

Kesehatan tiba. Kesegaran jumpa. Harapan mencuat gembira.

Saudara kembar yang menyehatkan. Membuat bahagia, indah, mengagumkan dan melahirkan cinta. Matahari dan udara membuat orang tersanjung.

Sunshine on my shoulders, makes me happy.
Sunshine in my eyes can make me cry.
Sunshine on the water looks so lovely.
Sunshine almost always makes me high.

(Sunshine on My Shoulders – John Denver, 1971).

@pmsusbandono
13 Desember 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here