Asrama Puteri Santa Clara Pontianak, Upaya Membangun Kalbar dari Wilayah Pinggiran

0
1,957 views
SMA Santo Paulus Pontianak. (Dok MTB)

“KITA harus membangun dari pinggir,” demikian Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus dalam kata pembuka pemberkatan gedung baru Asrama Puteri Santa Clara Pontianak.

Asrama ini diperuntukkan  bagi siswi dari daerah yang sekolah di SMA Santo Paulus Pontianak.

Ini terjadi pada hari Selasa, 30 November 2021, pukul 10.00.

Gedung yang baru selesai direhab ini terletak di sebelah kanan Gedung SMA Santo Paulus Pontianak di Jl. AR Hakim No. 92 Pontianak – persis di belakang Gereja Santo Yoseph Katedral Pontianak.

Lebih jauh Mgr. Agus. demikian umat sering menyebutnya, menjelaskan bahwa “membangun dari pinggir” berarti memberdayakan umat yang tinggal desa.

Umat yang tinggal di desa pada umumnya  kurang mendapat perhatian, kurang mendapat informasi, kurang memperoleh akses  pendidikan yang baik dan memadai.  

Uskup dan Pastor Alex dari Paroki Katedral Pontianak.
Uskup Mgr. Agustinus Agus memberkati salib-salib yang nantinya akan dipasang di Asrama Santa Clara Pontianak. (Dok MTB)

Perhatian terhadap daerah pinggiran

Salah satu bentuk perhatian kepada mereka yang datang dari daerah ini sudah sejak awal dipraktikkan oleh Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Salah satunya melalui karya pendidikan formal yakni SMA Santo Paulus Pontianak.

Lembaga pendidikan MTB ini selalu memberi prioritas kepada  siswa/siswi dari daerah  yang ingin bersekolah di SMA tersebut. Kendala utama dari mereka yang datang dari daerah adalah tempat tinggal.

Orangtua mengharapkan ada tempat yang aman, ada pengawasan dan tempat belajar yang memadai  bagi putera-puterinya. Untuk menjawab kebutuhan tersebut Kongregasi Kruder MTB membeli sebuah rumah-rumah penduduk yang pindah ke kota lain. Kebetulan rumah itu berdekatan dengan sekolah.

Tahun ajaran 2014/2015, sekolah mulai menerima siswi yang ingin tinggal di asrama tersebut. Mereka berasal dari daerah– daerah di luar Pontianak: Putussibau, Bengkayang, Sintang, Sanggau dan daerah Sekadau. Beberapa dari mereka malah datang dari luar wilayah Kalimantan Barat.

Awal tahun 2021, rumah tersebut direnovasi, agar lebih memadai untuk tempat tinggal  anak–anak puteri agar lebih memadai untuk belajar dan pembinaan bagi penghuninya.

Asrama sebagaimana sekolah  umum -seperti PAUD/TK, SD, SMP dan SMA – milik Kongregasi Bruder MTB pengelolaannya menjadi tanggung jawab Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder.

Murid kelas XII penghuni Asrama Santa Clara Pontianak bersama suster ibu asrama. (Dok MTB)

Kerjasama dengan Tarekat Suster PRR

Sejak awal kedatangan para bruder perintis 100 tahun yang lalu, Kongregasi Bruder MTB  mulai mengelola asrama. Mereka berasal dari kota Huijbergen — biara induk para bruder MTB saat itu di Belanda.  

Lima bruder perintis itu adalah: Br. Canisius van de Ven MTB, Br. Maternus  Brouwers MTB, Br. Leo Geer MTB, Br. Seraphinus van Tilborg MTB dan Br. Longinus van Spreeuwel MTB.

Mereka berlima tiba di kota Singkawang tanggal 10 Maret 1921.

Tidak lama setelah kedatangannya para bruder selain mengajar di sekolah juga mendampingi anak-anak miskin dan terlantar yang tinggal di asrama. Anak-anak tersebut diangkat sebagai anak asuh baik oleh pastor atau bruder.

Tradisi pembinaan siswa berasrama  terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh kongregasi Bruder MTB hingga kini, terutama di daerah pedalaman.

Enam asrama

Asrama Santa Clara  merupakan salah satu dari enam asrama yang dikelola oleh para bruder MTB. Lima  asrama yang lain untuk anak laki-laki yang bersekolah di SMP atau SMA di tempat asrama itu berada.

Kelima asrama putra tersebut  berada di Putussibau, Sekadau, Kualadua, Singkawang dan asrama mahasiswa di Pontianak.

Sedangkan Asrama Santa Clara Pontianak diperuntukan bagi siswi SMA Santo Paulus Pontianak.

Pembinaan anak asrama di Asrama St. Clara dipercayakan kepada Kongregasi  Suster PRR (Suster Puteri Reinha Rosari).

Saat ini, Sr. Petrosa PRR menjalani fungsinya sebagai ibu asrama. Dalam pembinaannya, Sr. Petrosa PRR dibantu oleh Valentina Noviniska S.Ag, guru SMA Santo Paulus.

Tentang pembina asrama St. Clara, Pemimpin Umum Bruder Br. Rafael Donatus MTB mengatakan:

“Pembinaan dan pengawasan anak-anak asrama putri St. Clara memang sejak awal mula ingin dipercayakan kepada para suster dan salah satu guru SMA St. Paulus, bukan oleh para bruder MTB sendiri,” ujarnya saat memberi sambutan.

Hal ini untuk meyakinkan para orangtua yang ingin memasukkan putrinya ke asrama St. Clara dan bertanya siapa pembina asrama puteri milik bruder MTB.

Ini sering kali ditanyakan kepada Bruder Rafael saat mengadakan kunjungan ke daerah.

Sarana pembinaan karakter

Pembinaan siswa  asrama dimaksudkan mendukung, membantu, mendampingi  dan membimbing siswa dalam melaksanakan program dan tugas sekolah.

Pembina dan pembimbing asrama sebagai orangtua asuh. Berfungsi  mewakili  orangtua, mengawasi, membina, membantu dan memastikan bahwa tugas-tugas sekolah dilakukan oleh para murid di dalam kehidupan sehari-hari.

Foto bersama dengan pembina Asrama Santa Clara Pontianak dan yang hadir dalam pemberkatan. (Dok MTB)

Buku pedoman

Di dalam buku Pedoman Pembinaan Asrama Bruder MTB, pada poin “Prinsip dasar dan aspek dasar pembinaa” tertulis sejumlah hal berikut ini.

  • Prinsip dasar pembinaan meliputi pemberdayaan, pengembangan budaya setempat dan menumbuhkan kemandirian warga asrama.
  • Aspek pembinaan meliputi pengembangan intelektualitas, kedewasaan emosional dan spiritualitas.

Para pembina asrama diharapkan dapat menerjemahkan prinsip dasar dan aspek  pembinaan ke dalam peraturan dan jadwal kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok  dalam kehidupan sehari-hari di asrama.

Tata kelola

Br. Vianney MTB selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Brude memberi penekanan pada tata kelola asrama.

“Tantangan baru, terutama pada masa pandemi, adalah bagaimana menjadikan warga asrama berkembang kepribadian dan intelektualitasnya. Menjadi pribadi utuh sebagai manusia, sehat jiwa dan raganya. Menjadi manusia dewasa mandiri, mampu berpikir kritis, bertanggungjawab, jujur, dapat bekerjasama,” ucapnya.  

Membina dan membetuk  diri.

Asrama Puteri Santa Clara mampu menampung 64 siswi. Masa pandemi seperti saat ini yang boleh datang dan tinggal di asrama ini  terbatas; sesuai dengan ketentuan  pembelajaran tatap muka yang berlaku di sekolah.

Awal bulan Oktober SMA Santo Paulus Pontianak sudah mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan protokol kesehatan ketat.

Kelas XII tatap muka, kelas X dan XI belajar secara daring.

Jumlah murid SMA St. Paulus saat ini tercatat hampir 814-an, rata–rata berasal dari Pontianak dan sekitarnya. 

Ada 12 siswi kelas XII tinggal di Asrama Santa Clara. Mereka berasal dari Putussibau, Sintang, Sekadau, Sanggau, Tayan Hilir, Balai Karangan, Sosok, Traju Tayan dan Ngabang.

Kata para murid asrama

Saat ditemui di serambi asrama, para siswi yang tinggal di asrama ini mengungkapkan bahwa mereka merasa senang dan krasan tinggal di asrama ini.

“Dekat dengan sekolah, belajarnya teratur, ada yang mengawasi, aman, tempat untuk pembentukan diri atau belajar mandiri, kesempatan menjalin pertemanan dari berbagai tempat,” kata mereka beralasan.

Meskipun mereka datang dari daerah, prestasi belajar rata-rata baik. Seperti diungkapkan oleh Maria Nansi, siswa kelas XII/IPS A. ”Asrama sebagai tempat pembentukan diri,” ujarnya. 

Siswi dari Ngabang ini mengungkapkan bahwa prestasi belajarnya baik, mampu bersaing dengan teman sekelas.

Maria Vianney Tasya, murid kelas XII/IPS E, dari Sekadau, menempati rangking tujuh di kelasnya.

Sementara, Gracia Laura kelas XII/IPA dari Bengkayang dengan mantap ingin menjalani profesi diplomat. Pergaulan dengan teman di sekolah dan asrama juga menjadikan orang percaya diri.

Ini dialami oleh Valene Merica, murid kelas XII/IPS E dari Traju Tayan. Awalnya merasa minder, tapi sekarang mampu bergaul dengan semua temannya.  

Patricia Mamuraja dari Putussibau dan murid kelas XII/IPA A dipercaya sebagai ketua asrama. Ia mengungkapkan bahwa teman-temannya baik, tidak menyusahkan, saling mendukung, dan melakukan tugas dan aktivitas sesuai dengan jadwal. 

Tempat belajar bertanggung jawab.

Ibu Asrama Santa Clara Sr. Petrosa PRR menjelaskan bahwa jadwal kegiatan di asrama termasuk padat.

Bangun tidur jam 04.00 pagi. Mereka yang bertugas memasak  segera menuju dapur. Sebagian lagi mempersiapkan diri menuju gereja, mengikuti ekaristi. Yang lain bersih-bersih.

Mulai pukul 06.45 mereka sudah berada di Sekolah sampai jam 14.00. Malam wajib belajar, menempati ruang kelas dan diawasi secara langsung oleh Sr. Petrosa PRR atau Valentina Noviniska S.Ag, secara bergantian.

Wujud iman

Dalam kotbahnya, Mgr. Agustinus Agus memberi penekanan bahwa “beriman” perlu dinyatakan dalam perbuatan. Melakukan kehendak Tuhan dengan mencintai.

Kongregasi harus memahami hal ini agar visi misi memperhatikan yang kecil dan miskin tidak berhenti sebagai slogan.

“Saya mendukung  asrama ini, karena diperuntukkan bagi mereka yang dari kampung,” tandasnya.

Bahwa pekerjaan-pekerjaan yang menyasar pada pemberdayaan mereka yang ada di desa, yang kecil dan tertinggal,perlu digalakkan secara bersama melalui pendidikan, bekerja sama dengan mereka yang memiliki kepedulian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here