Ayam Bangkok

0
442 views
Ayam Bangkok.

Renungan Harian
Rabu, 3 November 2021
Bacaan I: Rom. 13: 8-10
Injil: Luk. 14: 25-33
 
ADA suatu masa di mana banyak orang di kampungku “gila” pelihara Ayam Bangkok.  Setiap kali ada beberapa orang muda atau bapak-bapak berkumpul, maka yang menjadi topik pembicaraan adalah Ayam Bangkok.

Mereka saling bertukar pikiran mengenai ciri-ciri Ayam Bangkok yang aseli dan yang bagus. Selain itu, hal penting dari Ayam Bangkok adalah menang, kalau diadu dalam sabung ayam.

Tidak ketinggalan bapak saya.

Entah bagaimana awal mulanya bapak suka dengan Ayam Bangkok, tetapi kemudian bapak memelihara Ayam Bangkok.
 
Bapak mendapatkan sepasang Ayam Bangkok dari adiknya, yang konon Ayam Bangkok ini asli. Dan memang menurut teman-teman bapak di kampung Ayam Bangkok milik bapak asli dan bagus.

Setelah beberapa lama Ayam Bangkok bapak beranak pinak menjadi cukup banyak. Setiap hari sepulang kantor, bapak akan mengurus ayamnya dengan baik.

Kandang ayam diberi lampu dan tudung biar hangat katanya. Bahkan bapak membangun kandang cukup besar agar ayam-ayamnya bisa berkeliaran di samping kandang-kandang kecil untuk “kamar” bagi ayam-ayamnya.
 
Setiap hari pekan, banyak orang datang ngobrol di sekitar kandang ayam. Mereka menimang-nimang ayam jago dan tidak jarang ingin membelinya, tetapi tidak satu pun yang dijual oleh bapak.

Ayam-ayam jago selalu dimandikan dan diberi makanan khusus sehingga menjadi sehat dan gagah katanya.

Karena, semua itu hari-hari bapak sepulang kantor dan hari libur habis untuk urusan Ayam Bangkok.

Bapak selalu keberatan untuk pergi ke luar kota dan menginap karena bapak tidak bisa meninggalkan Ayam Bangkoknya.

Bahkan untuk acara penting keluarga bapak selalu berusaha untuk tidak menginap kalaupun harus menginap hanya semalam.

Lama kelamaan hal itu membuat ibu sering marah, karena bapak lebih berat dengan Ayam Bangkoknya dari pada acara untuk keluarga.

Suatu kali ibu menuntut agar bapak menyingkirkan Ayam-ayam Bangkoknya agar bapak tidak terikat oleh ayam-ayam itu.
 
Setelah ibu sering ngomel, akhirnya bapak mengalah melepaskan ayam-ayamnya. Sejak tidak lagi punya Ayam Bangkok bapak menjadi lebih bebas untuk bepergian dan menginap di luar kota karena sudah tidak ada keterikatan lagi dengan ayam-ayamnya.

Bapak menjadi lebih mudah untuk diajak pergi liburan atau ikut acara-acara keluarga yang mengharuskan menginap beberapa malam.
 
Keterikatan pada ayam menjadikan bapak tidak bebas semua hal selalu bermuara pada Ayam Bangkok, bahkan bapak rela mengorbankan acara-acara penting demi Ayam Bangkok.

Namun setelah menyingkirkan Ayam Bangkok bapak menjadi bebas, menjadi mudah diajak dan membuat bapak mudah terlibat dalam banyak kegiatan.
 
Kiranya hal yang sama terjadi dalam hubunganku dengan Tuhan. Ketika aku tidak mengikatkan diri pada hal-hal tertentu menjadikan saya lepas bebas, mudah digerakkan Tuhan dan mudah untuk terlibat dalam karya-karya yang Tuhan kehendaki.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yesus menuntut sikap lepas bebas, bebas dari kelekatan-kelekatan tidak teratur kalau mau menjadi muridNya.

“Demikianlah setiap orang di antaramu yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku sudah bebas dari rasa lekat tak teratur?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here