Bahagia, Sekalipun Dinista

0
376 views

“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.” (1Petr 4,14-15)

BERKAITAN dengan masalah penistaan agama, seorang teman berkata, “Romo, lama-lama eneg dan jengkel juga dengan manusia-manusia yang suka melecehkan iman kita.”

Penistaan agama atau pelecehan iman merupakan kasus yang selalu terjadi sepanjang jaman, baik dahulu maupun sekarang. Gereja perdana telah mengalaminya terlebih dahulu; mereka dinista, dianiaya dan dibunuh karena iman akan Yesus Kristus; mereka dikejar-kejar, ditangkap dan dipenjara karena mengikuti Kristus; mereka diadili dan disidang dalam mahkamah agama karena berkaitan dengan nama Kristus. Mereka dibenci oleh pemuka agama, pejabat, ahli-ahli Taurat dan orang kebanyakan.

Hal yang sama juga masih terjadi pada jaman ini. Penistaan bisa terungkap dalam kata-kata kasar dan pengkapiran; dalam spanduk penolakan dan tebaran kebencian; dalam ancaman dan tekanan; dalam penutupan peluang dan kesempatan untuk hidup lebih baik dan sejahtera, untuk beribadah dengan nyaman dan tenteram, untuk ikut serta dan terlibat dalam membangun kehidupan bersama, untuk mendapatkan jabatan atau kedudukan wajar.

Mengikuti Kritus seolah-olah identik dengan masuk ke jalan sengsara dan derita. Banyak murid tidak siap, lelah, eneg dan jengkel dengan kenyataan ini; bahkan banyak pula yang akhirnya menyerah kalah terhadap situasi dan keadaan yang sulit. Tidak banyak murid yang bisa bertahan dan tetap tegar menapaki jalan sengsara dan derita.

Mereka bisa kuat dan tegar bukan karena mengandalkan kekuatan manusiawinya, tetapi mengandalkan Allah, yang mengutus Roh Kudus-Nya. Roh Allah tidak hanya memberi kekuatan, tetapi juga menumbuhkan kebahagiaan dalam diri mereka. Mereka sengsara dan menderita karena taat dan setia kepada Allah; dari pada sengsara dan menderita karena berbuat jahat dan mencuri; mencuri milik rakyat demi kepentingan diri sendiri dan keluarga. Lebih baik sengsara dan menderita karena hidupnya benar dan baik, dari pada sengsara dan menderita karena sikap dan perilakunya yang jahat, tidak benar dan tidak baik.

Sengsara dan penderitaan macam apa yang pernah kualami sebagai seorang murid Kristus? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here