Bahasa Cinta

0
198 views
Gundukan pasir. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 3 Oktober 2021
Hari Minggu Biasa XXVII
Bacaan I: Kej. 2: 18-24
Bacaan II: Ibr. 2: 9-11
Injil: Mrk. 10: 2-16
 
BEBERAPA
waktu yang lalu, ketika sedang liburan di pantai, saya tertarik memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain pasir. Mereka dengan cara dan minatnya bermain pasir dengan gembira.

Beberapa dari mereka membuat semacam bangunan. Beberapa membuat semacam kolam dan entah apalagi yang tidak bisa saya identifikasi bentuknya.

Dari banyak anak-anak yang sedang bermain itu, mata saya tertuju pada tiga orang anak kecil yang sedang bermain pasir. Dari perawakan kelihatan bahwa dua orang anak adalah orang asing, sedangkan satu anak adalah orang Indonesia.
 
Menarik menyaksikan ketiga anak kecil dari dua bangsa yang berbeda bermain dan tertawa bersama.

Saya menduga bahwa dua anak yang sebut sebagai orang asing orangtuanya sudah lama tinggal di Indonesia sehingga anak-anak mereka sudah terbiasa dengan bahasa Indonesia.

Saya terkejut ketika saya tahu bahwa ternyata ketiga anak itu tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Sejauh saya tahu satu anak berbahasa Inggris, satu anak berbahasa Perancis dan satu anak berbahasa Indonesia. Mereka masing-masing menggunakan bahasanya sendiri-sendiri dalam berkomunikasi.

Saya sungguh-sungguh takjub dengan pemandangan itu. Tiga orang anak kecil dengan tiga bahasa yang berbeda bisa main bersama dan tertawa bersama.

Saya tidak mengerti bagaimana mereka bisa saling mengerti bahasa satu sama lain, karena sejauh pengamatan saya mereka seolah bisa saling mengerti apa yang dikatakan satu dengan yang lain.
 
Hal yang lebih mengherankan adalah ketika mereka dipanggil orangtua masing-masing diberi minum dan makanan, anak-anak itu kembali berkumpul dan dengan bahasa masing-masing saling menawarkan makanan yang mereka punya.

Entah bagaimana mereka bisa saling berbagi dan makan dengan riang.

Saya tidak habis pikir apa yang membuat mereka bisa tertawa bersama, bahkan sampai terkekeh-kekeh.

Saya iseng bertanya pada orangtua anak kecil yang dari Indonesia apakah mereka sudah pernah bertemu dan saling mengenal. Ternyata menurut orangtua salah seorang anak kecil yang saya tanya, anak-anak itu baru bertemu di pantai itu.

“Luar biasa”, kataku dalam hati.

Bagi anak-anak itu tidak butuh berkenalan dan mengerti bahasa masing-masing untuk bisa bermain bersama dan berbagi.

Mereka menunjukkan bahasa yang saya sebut sebagai bahasa cinta. Mereka bisa saling menerima, saling menghargai dan lewat ketulusan hati. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik, meski terhalang oleh perbedaan bahasa.
 
Kiranya itulah salah satu sikap dan sifat anak kecil yang disebut Yesus sebagai sikap orang yang empunya Kerajaan Allah.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus: “Sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku mempunyai bahasa cinta untuk sesamaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here