Bahkan Berbahasa Belanda pun, Romo J. Vossen Waskita SJ Sudah Banyak Lupa (2)

1
2,336 views
Almarhum Romo Vossen Waskita SJ bersama rekan imam lainnya di Negeri Belanda. (Dok. SJ Belanda)

KADOS pundi kabaripun Romo,” begitu saya menyapa Romo J. Vossen Waskita SJ di ujung telepon, Rabu (4 Agustus) lalu dari sebuah sudut kota di Negeri Belanda. 

Di ujung telepon seberang, dengan sedikit kaget Romo Vossen menjawab, “ Lah inggih punika wonten ingkang nuweni. Kula sampun sepuh lan mboten saged kesah-kesah.” 

Akhirnya saya kesampaian juga mengunjungi Romo J. Vossen Waskita SJ di rumah panti jompo khusus romo-romo Jesuit Belanda di Kolese Berchmanianum di Nijmegen. Beliau tampak sehat, tetapi mengalami banyak kesulitan –bahkan sering tak nyambung—kalau diajak berbicara. 

Ini terjadi, sejak Romo Vossen mengalami sakit pendarahan otak hingga kemudian susah bicara. 

Wah, saya sampai gemetaran merasa terharu bertemu romo Jesuit sepuh yang saya kenal hanya melalui omongan orang dan media internet di Sesawi.Net. 

Begitu sampai di Nijmegen bersama seorang teman yang juga berniat tilik, saya akhirnya bisa bertemu juga dengan Romo Jacques Lampe SJ –mantan Direktur Penerbit Kanisius Yogyakarta—dan juga Romo Ernst Bolsius SJ, mantan dosen bahasa Inggris di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. Kami ngobrol ngalor-ngidul tanpa arah. Yang pasti seru dan banyak ketawa-ketiwi. 

Kata Romo Bolsius SJ, sejak muncul berita di Sesawi.Net mengabarkan Romo J. Vossen Waskita SJ sakit, ternyata ‘berkah’ pun segera mengalir ke Kolese Berchmanianum, tempat Romo Vossen menikmati masa purna baktinya. “Yang datang, mayoritas tamu perempuan,” kata Romo Bolsius tentang membludaknya tamu-tamu orang Indonesia yang ingin bersilahturami dengan Romo J. Vossen Waskita SJ. 

Karena di situ juga ada Romo Bolsius dan Romo Lampe yang kurang ,mahir berbahasa Jawa –atau barangkali sudah banyak lupa—maka kami berdua bercengkerama dengan bahasa Indonesia. Tak terasa kami sudah ngobrol ngalor-ngidul sampai 1,5 jam. 

Buku persiapan calon baptis

Kepada kami, Romo Vossen SJ memberi pesan sekaligus minta tolong. Kata beliau, dulu beliau pernah menulis sebuah buku semacam pedoman persiapan calon baptis dewasa dan judulnya kurang lebih “Ikutlah Aku”. 

Buku dengan judul “Ikutlah Aku” ini diterbitkan oleh sebuah penerbit di Surabaya. Kepada kami, Romo J. Vossen berharap bisa mendapatkan satu kopi buku lama ini. 

Menurut pengamatan mata saya dan teman saya, Romo Vossen SJ, Romo Ernst Bolsius SJ dan Romo Lampe SJ termasuk para romo Jesuit misionaris sepuh yang menjalani hidup purna baktinya dengan happy di Nijmegen. Mereka merasa diri paling muda di antara yang lain dimana mayoritas mereka sudah terlalu tua hingga tidak bisa berjalan lagi. 

Tidak bisa baca email 

Kepada kami, Romo Vossen mengaku masih sulit untuk membaca teks dalam sebuah email. Ia  masih kesulitan dalam hal ini sejak sakit pendarahan di otak. Kalau bicara lisan, beliau sudah bisa. Sejak kena sakit pendarahan otak ini, mendadak semua ingatannya hilang. Termasuk bahasa Belanda yang merupakan bahasa ibunya sendiri. 

Karena kesulitan berbahasa inilah, Romo Vossen jadi belum mampu membawakan perayaan ekaristi. Karena itu, ketika ada orang Indonesia datang menengok dia dan mengajaknya berbahasa Jawa, maka hal itu membuatnya bisa kembali ‘mengumpulkan’ memorinya. 

Susahnya, mencari orang Indonesia yang berbahasa Jawa di Nijmegen seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami. 

Photo credit: Romo J. Vossen Waskita SJ bersama para romo Jesuit sepuh lain di Kolese Berchmanianum, Nijmegen (Anastasia Ediati)

Artikel terkait: Pendarahan Otak di Belanda, Romo J. Vossen Waskita SJ Kangen Boso Jowo

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here