Beberapa Tokoh Lintas Agama Tolak Temui Presiden

0
909 views

Sejumlah tokoh lintas agama yang melakukan puasa dan doa bersama di dekat Istana Negara, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, menolak untuk bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Kami berterima kasih kepada Presiden SBY untuk menerima kami. Namun, kami tidak bisa bertemu karena kami tengah melakukan ritual puasa dan doa bersama untuk membersihkan bumi pertiwi ini,” kata salah satu tokoh agama dari Islam, KH Achmad Damanhuri, saat membacakan surat pernyataan tokoh lintas agama, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, para tokoh agama lebih mementingkan esensi berdoa daripada bertemu Presiden di tempat istimewa seperti Istana.

“Lebih baik, Presiden Yudhoyono mengambil langkah-langkah konkret untuk membersihkan Indonesia dari segala perilaku dan tindakan tercela, seperti korupsi yang merugikan bangsa dan negara,” katanya.

Damanhuri menyebutkan, acara puasa dan doa bersama yang diselenggarakan sejak Rabu (14/9) hingga Jumat (16/9) dimaksudkan untuk meminta kepada Allah SWT agar Bumi Pertiwi ini tidak diisi oleh orang-orang pembohong, dari tindakan kecurangan dan kezaliman.

Terbuka hatinya
Pendeta Supit yang merupakan perwakilan dari kaum Nasrani yang ikut dalam aksi para tokoh lintas agama tersebut menyatakan bahwa kegiatan aksi tersebut untuk berdoa kepada Tuhan, agar para pemimpin di negeri ini dibukakan hati dan matanya dalam menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia.

“Kita doakan agar para pejabat matanya dibuka, agar mereka melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kita yakin doa kita yang satu hati, Tuhan menjawab doa kami,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, tokoh nasional Rizal Ramli juga mengatakan, saat ini sumber-sumber kejahatan tengah berada di pusat-pusat kekuasaan.

“Padahal, seharusnya pusat kekuasaan itu terdapat harapan, tata nilai, pembaruan dan perbaikan. Namun, pada kenyataannya sebaliknya,” katanya.

Oleh karena itu, dirinya dan tokoh lintas agama meminta agar pemerintah melakukan perubahan-perubahan untuk memperbaiki negeri yang dipenuhi para koruptor.

Menurut dia, dengan aksi seperti ini diharapkan terjadi perubahan yang signifikan, seperti yang terjadi di India. Di mana pada saat itu Mahatma Gandhi dengan kekuatan damai akhirnya bisa mengusir kolonial Inggris di India.

“Martin Luther King, dengan kekuatan doa akhirnya menghapuskan diskriminalisasi rasialisme,” ujarnya.

Ramli menambahkan, aksi itu merupakan langkah awal dan akan diikuti beberapa kota di Indonesia untuk melakukan aksi serupa.

Dalam aksi tersebut terlihat juga beberapa perwakilan dari masing-masing agama seperti, Katolik, Hindu, dan Budha yang ikut bersama-sama berdoa menurut kepercayaannya agar Indonesia tercipta keadilan yang merata dan terbentuknya kesejahteraan bagi seluruh umat yang berada di tanah Indonesia ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here