Beda Miskin di Indonesia dan Suriname (3)

0
2,959 views
Mobil seken dari Jepang di Suriname. (Nanang Sumaryadi)

KESENJANGAN sosial semakin kentara di negara Indonesia. Orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Hanya dengan melihat secara langsung saja, kita akan mengetahui itu adalah orang kaya atau orang miskin. Orang kaya selalu diidentikan dengan kepemilikan rumah, tanah, dan mobil. Pandangan ini rupanya tidak berlaku di negara kecil dan berkembang seperti Suriname di tlatah Amerika Latin.

Baca juga:  Jumat yang “Njawani” di Suriname (2)

Sebut saja Pak Garmo Humphrey seorang Jawa Suriname datang bekerja selalu menggunakan mobil Honda CRV 1996 matic. Kesehariannya Pak Garmo bekerja sebagai Satpam. Ia membeli mobil Honda CRV bekas dari Jepang pada tahun 2014 dengan harga pada saat itu kurang lebih $ 4.500. Bila di kurskan rupiah, harga mobil Honda CRV tahun 2014 ini hanya Rp 58.500.000 bila kurs rupiahnya disetarakan 13.000/$-nya.

Demikian juga dengan Pak Denny Kartodirjo, kemana-mana ia selalu bepergian menggunakan mobil Honda tahun 2001 walau profesi kerjanya seorang tukang kebun.Bila dilihat sekilas kita tidak akan pernah mengetahui pekerjaan Pak Garmo dan Pak Denny bila hanya melihat dari kendaraannya. Mereka keluar dari mobilnya dengan gaya “parlente” alias necis, tetapi pemandangan itu akan sekejap berubah bila mereka telah berganti kostum dengan baju kerja profesional kerjanya.

Bila diperbandingkan antara kepunyaan dan profesi kerja, kesenjangan di Suriname sungguhlah tidak kentara. Apalagi kalau dibandingkan dengan satpam dan tukang kebun di Indonesia. Mungkinkah satpam di Indonesia bisa mengecap mengendarai mobil Honda CRV kepunyaannya sendiri? Mungkihkah seorang tukang kebun indonesia bisa memiliki mobil Honda tahun 2001 sendiri?

Bila ditelisik lebih dalam rupanya banyak mobil yang beredar di Suriname adalah mobil second dari Jepang. Maksudnya mobil yang sudah 5 tahun dipakai di Jepang lalu “dibuang” ke Suriname. Bila melihat kondisinya banyak mobil yang masih layak dan istimewa untuk dipakai. Dan tentunya harga jauh lebih murah daripada harga mobil baru, sehingga seorang Pak Garmo yang nota bene seorang satpam dan Pak Denny seorang tukang kebun mampu membeli mobil sendiri. Selain itu,  hidup di Suriname menjadi merepotkan bila tidak memiliki mobil sendiri, karena untuk transportasi massal hanya ada bus saja dan itu jumlahnya sangat minim sekali bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Suriname.

Dari melihat kedua sosok tersebutlah bisa dikatakan bahwa seorang satpam dan seorang tukang kebun menjadi setara bila disandingkan dengan pengusaha dan pejabat yang lainnya. Kita tidak akan menduga bahwa Pak Garmo hanyalah seorang satpam ketika kita melihat dia mengendarai CRV-nya dan kita juga akan terkaget-kaget melihat Pak Denny keluar dari mobil Honda 2001 dengan pakaian rapi dan mengganti pakaiannya itu dengan kostum tukang kebunnya.

Nanang Sumaryadi

Asisten Pribadi Dubes RI untuk Suriname

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here