Berakit-rakit ke Hulu, Berenang-renang ke Tepian

0
246 views
Tukang Becak bekerja hingga larut malam

Puncta 30.05.23
Selasa Biasa VIII
Markus 10: 28-31

EPOS Ramayana dan Mahabarata secara garis besar bercerita tentang perjuangan dan pengurbanan.

Seorang ksatria harus melakukan darma, ikhlas berkurban bagi keselamatan banyak orang. Bahkan jika perlu, nyawanya sendiri diberikan untuk kebahagiaan sesama.

Dalam kisah Ramayana, demi mendapatkan Sinta isteri yang dicintainya, Rama harus meninggalkan istana dan keluarganya.

Dalam penderitaannya, ia tetap berbuat baik, melaksanakan darmanya. Ia mendapatkan bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Hanoman.

Begitu pula dalam epos Mahabarata, kelima saudara putra Pandu itu harus meninggalkan segala-galanya; tahta, harta, keluarga.

Mereka menjalani penderitaan di tengah hutan selama duabelas tahun.

Krisna menasihati mereka, “Jalanilah hidup ini dengan ikhlas, pada saatnya orang akan memetik apa yang ditaburkannya. Buah kebaikan tidak akan jauh dari orang yang tekun menaburkannya.”

Petrus berkata, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau.”

Lalu Yesus menjawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barang siapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat; rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak-anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal.”

Segala perjuangan hidup akan berbuah manis jika kita menjalaninya dengan ikhlas, penuh rasa syukur dan percaya pada kemahakuasaan Tuhan.

Orang Jawa bilang, “Gusti mboten sare,” artinya Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan senantiasa bekerja dan memelihara.

Ada pepatah yang berkata, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”

Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Pada saatnya pasti akan memetik buahnya. Yesus telah menjanjikannya bagi kita.

Apa yang dikatakan Yesus kepada Petrus yang telah berjuang meninggalkan segala-galanya, adalah harapan bahwa kelak akan memperoleh apa yang diperjuangkan.

Allah itu maha murah. Kita memberi dua, Allah mengembalikan sepuluh. Kita memberi sepuluh, Tuhan mengembalikan seratus kali lipat.

Persembahan kepada Tuhan – apa pun itu bentuknya – tidak ada yang tidak kembali.

Tuhan akan mengembalikannya berlipat-lipat kepada kita. Jangan pernah pelit dan perhitungan untuk Tuhan karena Dia akan memberi yang lebih dari apa yang kita persembahkan.

Berlayar sampai ke Pulau Rinca,
Menikmati laut biru di depan mata.
Tidak ada pengorbanan sia-sia,
Allah akan mengganti berlipat ganda.

Cawas, Allah Mahamurah…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here