Home BERITA Berbagi

Berbagi

0
Ilustrasi: Suster Maria Seba SFIC berbagi takjil kepada pengendara yang melaju di jalanan dekat Gereja Katedral Pontianak, Kalbar, Jumat (8/6/18) petang menjelang waktu berbuka puasa. Kegiatan "Takjil for Care" ini dibesut oleh para ibu anggota WKRI Gereja Katedral Pontianak.

TAKE and give mendukung prinsip keseimbangan hidup sosial yang sehat. Warga masyarakat yang menghayati semangat berbagi (kadang mengambil dan kadang memberi) menciptakan kehidupan bersama yang seimbang, serasi dan penuh harmoni.

Entah disadari atau tidak, perjalanan hidup sepanjang tahun 2018 diwarnai dengan aksi take and give itu tadi. Yang membedakan satu orang dari yang lain hanyalah porsi. Ada yang mengambil lebih banyak daripada memberi; ada yang sebaliknya.

Yang mengambil lebih dari porsi suatu saat akan dikurangi dan yang kini baru menerima lebih sedikit daripada bahagiannya akan dilengkapi.

Bukankah Tuhan tidak pernah membiarkan seorang pun berkekurangan karena Dialah penjaga keseimbangan dan keadilan?

Hampir semua masyarakat dan negara bisa bertahan dalam jangka lama (survive) karena hidup di atas prinsip berbagi.

Demokrasi menjadi salah satu sarana berbagi. Jika dipraktikkan secara konsisten akan melahirkan keadilan bagi seluruh warga negara yang mendambakannya.

Hal demikian memang perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pertama-tama dan terutama berangkat dari pemimpinnya. Pimpinan tertinggi yang benar, baik, bersih dan jujur membawa negara ke taraf yang luhur, adil-makmur. Sebaliknya, pemimpin yang hanya beretorika tanpa perilaku bijak dan jujur akan membuat negara hancur.

Sambil menikmati liburan penulis membaca buku lama berjudul: Tahta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX (Gramedia 1982).

Buku ini menyajikan kepribadian seorang Gusti Raden Mas Dorodjatun sebagai raja dan pemimpin yang sederhana, baik, benar, adil dan jujur serta berjuang demi rakyatnya. Dia banyak memberi; banyak pulalah yang diterimanya.

Masih segar dalam ingatan penulis betapa mengharukan upacara pemakaman Sultan dan Raja Mataram yang memerintah dari tahun 1940 hingga 1988 itu. Pelayat yang menaruh hormat-kuat memadati jalan sepanjang Jogja hingga Imogiri dan Majalah Tempo meliputnya dengan menyewa helikopter karena waktu itu drone belum ditemukan.

Memasuki tahun 2019 yang diwarnai dengan pesta demokrasi perlu diingat pentingnya memilih pemimpin dan wakil rakyat yang hidupnya seimbang antara mengambil dan memberi. Seimbang antara akal budi dan emosi, kepentingan diri dan bersama serta kebutuhan rohani dan jasmani adalah kriteria yang layak dituntut dari orang yang ingin menjadi pemimpin di negeri ini.

Semoga seluruh rakyat menyadari pentingnya berbagi. Para pemilih secara aktif memasuki bilik demokrasi untuk memberi lima tahun sekali bagi negeri.

Semoga seluruh persiapannya diwarnai dengan daya kritis akal budi dan dewasa dalam mengendalikan emosi.

Benar, tegaknya negeri yang majemuk dan sangat kaya ini antara lain ditopang oleh sikap konsisten dalam berbagi.

Selamat Tahun Baru 2019.

Romo Albertus Herwanta, O.Carm.
1 Januari 2019, awal tahun DEMOKRASI

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version