Berpulangnya Sang Teolog IFTK Ledalero: John Prior Mansford SVD dan George Ludwig Kirchberger SVD

0
170 views
RIP George Ludwig Kirchberger SVD dan John Prior SVD, dua teolog kawakan dari Ledalero. (Ist)

DALAM rentang waktu satu tahun, Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero dan Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero kehilangan dua sosok teolog ternama. Yakni, Dr. John Mansford Prior SVD dan Dr. George Ludwig Kirchberger SVD.

Mereka pulang terlalu dini dalam waktu yang cukup berdekatan. Bagi kaum peramal adat kita di kampung-kampung kematian dua orang sahabat dekat seperti ini bisa saja karena faktor “mereka baku panggil”. 

Homo sapiens dan homo deus

Sementara itu, bagi orang-orang di negara asal kedua teolog tersebut (United Kingdom dan Jerman) meninggal dalam usia tujuh puluhan tahun tergolong mati muda atau mati terlalu cepat.

Orang-orang abad ini (abad 21) sedang dan senang mengejar imortalitas. Merekaq ingin mengubah homo sapiens menjadi homo Deus. Itulah yang dilukiskan oleh Yuval Noah Harari dalam Homo Deus bahwa kematian adalah problem teknis.

Segala persoalan teknis bisa diatasi dengan hal-hal teknis pula. Menurut logika homo sapiens abad 21, kepulangan kedua teolog itu sebenarnya bisa diatasi jika penangannya cepat, tepat dan terukur.

Namun, kita mesti kembali kepada prinsip teologi yang diajarkan oleh Pater John Prior dan Pater George Ludwig Kirchberger bahwa hidup dan mati kita diatur oleh Sang Pencipta. Dan, hingga detik ini belum pernah ada seorang pun di planet bumi ini yang sudah berhasil mengubah statusnya dari homo sapiens menjadi homo Deus.

Sain dan teknologi canggih dewasa ini masih belum sanggup menjinakkan serangan kematian. Kita yang hidup di kampung-kampung di NTT dan masyarakat yang paling modern di China, Amerika Serikat, Jepang atau masyarakat di negara “tuan” John Prior dan George Ludwig Kirchberger pun masih terus berguguran setiap detik seperti jatuhnya daun-daun di musim semi. Itu artinya, manusia yang hidup di abad 21 ini masih belum mampu mengatasi persoalan teknis kematian itu sekalipun sains dan teknologi homo sapiens sudah sangat maju.

Kalahkan kematian dengan sangat enteng

“Tuan” John Prior dan George Ludwig Kirchberger mengajarkan kita bahwa hanya ada seorang lelaki miskin yang hidup pada zaman pra modern bernama Yesus dari Nazaret, Dialah satu-satunya (the only one) yang mampu mengatasi problem kematian dengan begitu enteng.

John Prior dan George Ludwig Kirchberger adalah dua murid Yesus yang hemat saya sangat hebat, baik dari segi intelektual, sikap dan tindakan.

Menurut tokoh-tokoh intelektual di Seminari Tinggi Ledalero mereka berbicara bahasa Indonesia nyaris sempurna, hanya Tuhan yang sempurna. Yeah, itu memang fakta.

“Tuan” John Prior dan George Ludwig Kirchberger hampir selalu memperbaiki tata bahasa para frater di meja makan dan sudah pasti mereka meluruskan tata bahasa para mahasiswa di saat-saat proses penulisan skripsi dan tesis.

Saya menjadi salah satu murid yang terkena “rasia” pelurusan tata bahasa tersebut. Penguasaan bahasa Indonesia yang nyaris sempurna itu tidak pernah terlepas dari kapasitas intelek yang mereka miliki, disiplin dalam hidup dan tekun dalam membaca.

Buah dari semua itu membuat  “tuan” John Prior dan George Ludwig Kirchberger menjadi dosen yang sangat produktif dalam menulis artikel-artikel ilmiah dan buku-buku bermutu tinggi, seperti Menjebol Jeruji Prasangka: Membaca Alkitab Dengan Jiwa dan Allah Menggugat.

Hati untuk sesama

Sejak tiba di Indonesia, Flores, empat puluhan tahun yang lalu hingga kapal kematian datang menjemput, pekerjaan utama mereka ialah membicarakan kepada banyak orang baik itu di kampung-kampung, di penjara dan di kelas-kelas universitas tentang Allah dan Yesus orang miskin itu.

Mereka tidak hanya berteori tentang Allah dan Yesus. Namun George Kirchberger dan koleganya John Prior terlibat secara langsung ke dalam kehidupan konkret masyarakat pinggiran seperti di Wolofeo, di Nita dan sekitarnya, di penjara Maumere dan memperhatikan saudara-saudari yang dipinggirkan oleh masyarakat karena penyakit menular HIV/AIDS.

Dalam kuliahnya berjudul Teologi Sosial dan Politik, mendiang P. John Prior mewajibkan para mahasiswa untuk turun ke tengah masyarakat, terlibat dalam rutinitas hidup mereka.

Saya masih ingat pada 2017 yang silam, kami kelompok mahasiswa teologi dari Konfik Ledalero Unit Rafael dan Nita Pleat menjadi “Pasukan Kuning” (petugas pengangkut sampah di kota Maumere) selama satu semester.

Sementara itu, Pater George Ludwig Kirchberger seorang dosen sekaligus ayah yang bermurah hati bagi banyak mahasiswa awam.

Ketika mereka nyaris didepak dari kampus, “Tuan Kirch selalu memasang punggungnya agar mereka tak sampai didepak dari kampus. George Ludwig Kirchberger selalu berupaya agar para mahasiswa yang tak dianggap layak bisa menyelesaikan kulaihnya dan memperoleh ijazah sarjana.”

Dari wajah Kirch dan Prior, orang-orang kecil sungguh melihat wajah kerahiman Allah dan melalui kehadiran mereka kaum pinggiran sungguh mengalami datangnya Kabar Gembira.

Telah berakhir

Kini, kisah hidup dua teolog itu hebat itu di bukit Sandar Matahari Ledalero telah berakhir. Pulangnya Kirch dan Prior membuat kita sungguh berduka dan kehilangan. Kepergian dua teolog ini bukan untuk binasa, melainkan untuk hidup abadi.

Seperti yang telah mereka ajarkan kepada banyak orang selama hidupnya bahwa Yesus Sang Guru telah berhasil mencapai imortalitas dan hanya Dia dan di dalam Dia persoalan kematian itu dapat tertasi secara tuntas.

Di luar itu, tidak mungkin. Oleh sebab itu, proyek besar masyarakat abad 21 untuk menaikkan status dari homo sapiens kepada homo Deus akan menjadi seperti kampanye omong kosong antikorupsi di Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here