Bersyukur, Cara Mengapresiasi Pemberian Orang Lain

0
230 views
Sukarelawan menyiapkan paket bantuan. (Tim Distributor)

“ADA empat aktivitas yang dapat menumbuhkan hormon kebahagiaan dalam tubuh manusia: olahraga, memberi, berprestasi dan diakui, serta good relationship,”  tulis PM Susbandono di Sesawi.Net beberapa waktu lalu di tahun 2020.

Kali ini,  satu dari keempatnya menarik bagi penulis yakni memberi.

Tentang itu telah diberikan penjelasan. “Memberi memunculkan hormon serotonin, sekiranya manfaatnya dipahami banyak orang dunia niscaya damai dan sejahtera. Orang berlomba-lomba memberi, karena ingin bahagia. Ketika banyak orang bahagia konflik mereda.”

Sebuah pengalaman baik dialami Ibu Maria Gowe, ketika dia pergi ke Toko Rohani Dioma Malang.

Ia berjumpa dengan manajer toko dan seorang ibu sosialita dari Semarang yang juga sedang berbelanja. Setelah berbicara ngalor ngidul bertiga, ibu sosialita langsung mengeluarkan perbendaharaannya dengan memberi 10 zak beras premium @10kg.

Seorang sosialita lain yang tinggal di Jakarta mengirim 50 kg beras, setelah beliau melihat Facebook Ibu Maria Gouwe ketika bersama-sama ibu-ibu yang lain dalam lingkungan/wilayah berbagi sembako kepada anak-anak mahasiswa yang kos di sekitarnya.

Menyiapkan paket berisi beras untuk kemudian didistribusikan.

Tidak perlu kaya dulu

Memberi tidak menunggu kaya atau berlebih. Bahkan ketika sedang dilanda keprihatinan masih sempat berpikir untuk memberi.

Seperti yang dilakukan oleh Bapak Nyoman –sebut saja demikian. Ia baru saja di PHK dari tempat kerjanya di Bali, karena tidak ada pekerjaan ia pulang kembali ke keluarga di Malang. 

Begitu mengetahui dari Yasinta puterinya bahwa ada kegiatan berbagi maka Ia pun tergerak untuk mengirim telor sebanyak 15 kg.

Demikian pula Ibu-ibu warga Wilayah X Paroki Katedral Malang untuk kedua kalinya dalam masa pandemi ini tetap berbagi dengan hati gembira berupa: beras, telur, mie instan, minyak goreng, dan teh celup.

Berbuat amal kasih

Bertepatan dengan ajakan Bapa Suci Fransiscus hendaknya pada hari Kamis 14 Mei 2020 kita berpuasa berdoa dan beramal kasih, maka pemberian-pemberian itu lalu langsung didistribusikan kepada 35 mahasiswa dan 10 keluarga prasejahtera serta tiga orang pemulung yang sedang lewat di depan rumah Ibu Maria Gouwe.

Pendistribusiannya oleh 6-7 mahasiswa yang menyebut diri Tim Distributor, mereka sendiri yang menimbang beras, membagi-bagi telur mengepak mie instan dan memasukkan ke dalam tas.

Mereka pula yang tahu nama-nama mahasiswa yang perlu mendapatkan bantuan.

Ibu Anton dan Ibu Agus mempunyai cara sendiri dalam memberi, sebagai tanda syukur atas kesembuhan suaminya mereka membagikan paket nasi lengkap dengan lauk pauknya kepada mahasiswa-mahasiswa tersebut.

Paket-paket sembako siap untuk didistribusikan.

Apa kata mahasiswa yang mendapat bantuan sembako ini?

Hani, mahasiswa jurusan manajemen sebuah universitas di Malang menyampaikan, kesannya sebagai berikut.

“Saya pribadi sangat berterimakasih dan sangat bersyukur karena dengan adanya bantuan tersebut dapat membantu dan bermanfaat untuk kami, anak rantau yang tidak pulang kampung. Bantuan tersebut sangat membantu kami dalam hal kebutuhan pokok yang kadang-kadang kami belum dapat membeli karena belum mendapat uang kiriman dari orangtua atau telat kirimannya.”.

“Bersyukur sekali dapat bantuan sembako dari ibu-ibu Wilayah karena dapat menambah dan memenuhi kebutuhan kalori dan protein saya selama pendemi Covid19 ini,” kata Dio yang sedang menulis skripsi.  

Dio sempat menggadaikan laptop dan HP karena transfer uang dari orangtua di kampung halaman sangat minim dalam masa pandemi covid-19 ini.

Ketika didesak lebih lanjut kenapa transferan uang minim, ia memberi jawab, “Harga buah kemiri di kampung ditawar sangat murah. Biasanya satu kilogram Rp 30.000,- sekarang hanya laku Rp 10.000,-

Terimakasih telah diberi bantuan paket sembako.

Sedangkan Nana dan Angela mahasiswa D3 Kebidanan yang walaupun kiriman uang berkurang tetapi tidak sampai menggadaikan barang miliknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lalu menyampaikan kesannya.  

“Saya merasa sangat senang dan bersyukur karena walaupun jauh dari orangtua, masih ada yang memperhatikan saya di tanah rantau ini. Apalagi dalam masa pandemi ini.”

“Dengan adanya bantuan tersebut pengeluaran kami dalam membeli kebutuhan sehari-hari menjadi sedikit atau lebih hemat,” imbuh Lina yang pinter menari.

Jawaban bahwa semuanya itu karena kemurahan Tuhan disampaikan oleh Dimas  

“Bagi saya, apa yang sudah bapak-ibu berikan kepada kami itu adalah suatu rejeki yang Tuhan beri kepada kami semua melalui hati bapak ibu sekalian. Itu sangat-sangat membatu saya untuk menghadapi krisis karena wabah covid-19 ini.”

Kredit foto: Tim Distributor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here