Blusukan Tri Hari Suci 2018: Stasi St. Mikael Lubuk Mandarsah, Gereja di Tengah Perkebunan Sawit Jambi

1
623 views
Bahagianya anak-anak di Jambi ikut dalam perjalanan mengunjungi stasi dengan hanya bisa duduk di kabin terbuka. (Maria Sylvista)

USAI Misa Sabtu Suci di Stasi Santa Faustina Asam Merah, kami bermalam di rumah Pak Pani. Waktu sudah menunjuk pukul 22.30 WIB, ketika kami sampai di kediaman beliau.

“Maria… Ayo bangun,” panggil Romo Avien dari luar kamar.

Saya membuka gawai, ternyata sudah pukul 6 pagi. Saya segera bangun dan mengantri untuk mandi. Setelah mandi, kami sarapan bersama keluarga Pak Pani.

Sungguh menyenangkan bisa berkumpul bersama keluarga ini. Mereka bersukacita menyambut kedatangan kami. Banyak pengalaman iman yang bisa kami dapatkan dari kebersamaan dengan keluarga Pak Pani. Sukacita atas kebersamaan ini pun kami bawa dalam Misa Paskah di Stasi Santo Mikael Lubuk Mandarsah.

Dalam misa kali ini, umat Stasi Santa Faustina Asam Merah juga bergabung bersama umat di Stasi Lubuk Mandarsah.

Tarian khas Batak dari umat Stasi j Lubuk Mandarsah menghiasi Misa Paskah di pedalaman Jambi, Keuskupan Agung Palembang.
Perayaan Paskah bersama Romo Avien Pr.
Perecikan air suci saat berlangsung pembaruan Janji Baptis.

Gereja di perkebunan sawit

Perjalanan dari Asam Merah menuju Lubuk Mandarsah memakan waktu sekitar 1 jam. Jalanan yang kami lewati cukup sulit, karena hujan semalam yang cukup deras. Yah, kami harus kembali melewati jalan penuh tanah merah yang becek.

Saya cukup terkejut,  ketika rombongan tiba sampai di gereja Stasi Lubuk Mandarsah. Bangunan  gereja ini terletak di tengah-tengah areal maha luas perkebunan sawit.

Hal yang menarik perhatian saya adalah anak-anak di stasi ini cukup banyak dan mereka sudah berkumpul di samping gereja.

Gereja di sisi samping rumah umat di Stasi Muara Tebo.

Tercatat ada 63 KK di stasi ini, yang rata-rata perantau dari Sumatera Utara.

Usai makan siang bersama umat, kami melanjutkan perjalanan menuju Stasi Santa Maria Muara Tebo. Perjalanan ini menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Jalan yang kami lewati bervariasi, mulai dari tanah merah berlumpur, jalan penuh koral, dan jalan aspal. Jalan aspal yang kami lewati pun tidak mulus begitu saja, melainkan berkelok-kelok dan banyak melewati tikungan tajam.

Kami tiba di Stasi Santa Maria Muara Tebo pukul 15.30 WIB. Romo Avien langsung bergegas turun dari mobil dan menuju ke gereja.

Blusukan Tri Hari Suci 2018: Suka-duka Membangun Dinamika Umat di Stasi St. Faustina Asam Merah, Jambi (7)

Berdiri di samping rumah

Gereja di Stasi Santa Maria Muara Tebo cukup istimewa, karena bangunannya berdiri di sebelah rumah umat. Meski begitu, umat tetap bersabar menunggu izin dari pemerintah dan tetap bersukacita menyambut kebangkitan Kristus.

Berkat dan salam hangat dari pastor kepada umatnya di kawasan pedalaman di Provinsi Jambi, Keuskupan Agung Palembang.
Pembaruan Janji Baptis mewarnai Misa Malam Paskah.

Usai makan malam bersama umat di halaman gereja, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Paroki Santo Paulus Muara Bungo. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam.

“Kita kan langsung pulang ke paroki, jadi agak santai saja nggak apa-apa, ya?” ujar Mas Sarjito sebelum memulai perjalanan.

Kami menggangguk dan menikmati perjalanan pulang menuju paroki.

Minggu Paskah berarti kita merayakan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam perayaan Paskah kita pun memperbarui janji baptis kita. Lewat baptisan yang kita terima, kita diberi tanda dan tidak bisa menghapus atau mengkhianati-Nya. Kalau kita meninggalkan iman Katolik berarti kita sedang menyangkal Tuhan, Sang Penyelamat dan kita tidak diselamatkan.

“Santo Paulus menegaskan, kalau Kristus tidak bangkit, sia-sialah iman kita. Namun faktanya, Yesus bangkit dan tidak bisa disangkal lagi. Maka iman kita menjadi iman yang patut dibanggakan,” kata Romo Avien. (Selesai)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here