
Puncta, 22 Januari 2025
Rabu Biasa II
Pekan Doa Sedunia
Markus 3:1-6
SEORANG pastor naik mobil pulang dari turne di stasi. Hari itu cuaca sangat panas. Di tengah perjalanan ada seorang ibu yang menyetop mobilnya.
Ia minta tolong agar diperbolehkan menumpang. Ibu itu sudah kelelahan berjalan jauh. Sementara kampung yang dituju masih berjarak sekitar 12 km lagi.
Karena rasa belas kasihan, pastor itu mempersilahkan si ibu naik ke mobilnya. Sesampainya di kampung ibu itu mengucapkan terimakasih kepada Pastor yang sudah menolong dan memberi tumpangan.
Tiga hari kemudian pastor itu dilaporkan suami ibu yang ditolongnya kemarin. Dia dituduh selingkuh dengan isterinya dan minta dihukum adat.
Suami itu mendapat laporan dari orang bahwa isterinya berada satu mobil dengan pastor.
“Saya mau dihukum adat. Tetapi tunjukkan buktinya kalau saya berbuat jahat dengan perempuan itu,” kata si pastor.
“Saya hanya menolong ibu itu yang kelelahan, karena perjalanan jauh. Jika karena berbuat baik saya harus dihukum, ya silahkan.”
Pastor itu menjelaskan kepada khalayak.
Yesus merasa sedih dan marah atas sikap kaum Farisi yang mencari-cari kesalahan-Nya karena berbuat baik pada hari Sabat. Kebaikan seringkali tidak ditanggapi dengan baik.
Tetapi justru dicurigai dan dipersalahkan. Inilah pikiran jahat kaum Farisi. Orang yang benci suka mencari-cari kesalahan dan berusaha menjatuhkannya.
Bagi Yesus hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk Hari Sabat. Aturan dibuat untuk kebaikan manusia, bukan manusia menjadi budak aturan. Manusia lebih berharga daripada aturan Hari Sabat.
Yesus lebih memilih menolong orang lumpuh daripada menuruti pola pikir Kaum Farisi yang suka mencurigai, mencari kesalahan dan menghakimi orang.
Bagi Dia, manusia lebih utama daripada hal apa pun. Domba yang tersesat saja ditolong-Nya, apalagi manusia yang lebih berharga daripada domba.
Bagaimana sikap kita sebagai murid Yesus jika menghadapi pola pikir kaum Farisi itu? Masih tetapkah kita berbuat baik walau kadang dinilai buruk oleh orang lain?
Atap kapel roboh kayunya lapuk,
Harus bangun kembali dari awal mula.
Hati buruk hasilkan pikiran buruk,
Tindakan dipengaruhi oleh pikirannya.
Wonogiri, jangan mudah berprasangka buruk
Rm. A. Joko Purwanto Pr