Bruder Karitas (FC) di SLB-C Karya Bakti Purworejo Layani Pendidikan Khusus Tunagrahita (1)

3
3,798 views

KARYA Bruder-bruder Karitas (FC)  melayani pendidikan anak-anak tunagrahita (istilah lain ‘mental retarded’) sudah digagas dan direncana oleh seorang bruder Belanda sekitar tahun 1970-an. Beliau adalah Br. Benignus FC. Ia seorang ahli pendidikan anak mental retarded, tetapi waktu itu ia menjabat sebagai Vice Provinsial Bruder Karitas di Indonesia.

Karena belum ada tenaga bruder yang lain, maka langkah pertama yang dilakukan adalah seorang bruder Karitas asli Indonesia ditugaskan belajar bidang pendidikan luar biasa bagian anak mental retarded. Bruder itu adalah Br. Laurensius FC. Setelah Br. Laurentius tamat belajar, pada tahun 1982 dimulailah karya pendidikan anak mental retarded di Purworejo, Kedu,  dengan menggunakan gedung di sebelah Timur Bruderan Karitas Purworejo.

Br. Laurensius dalam perjalanan tugasnya mengembangkan karya pendidikan bagi anak mental retarded juga menjadi salah seorang dari kelompok penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan anak tunagrahita di Indonesia.

Karya pendidikan untuk anak yang dikenal dengan IQ rendah itu, memang pelayanan yang tidak mudah dari segi  penyelenggaraannya. (Baca juga: SLB/C Karya Bakti Santo Laurensius Purworejo untuk Pendidikan Khusus Tunagrahita (2)

Selalu tergantung pada orang lain

Biasanya anak-anak dengan kecacatan seperti itu oleh orangtuanya tidak disekolahkan, dan biasanya keluarganya merasa malu punya anak seperti itu. Bukan hanya itu, umumnya keluarga yang mempunyai anak seperti itu kehilangan harapan terhadap anaknya. Umumnya orangtua menyekolahkan anak-anaknya yang normal dengan harapan anaknya dapat menjadi orang pandai dan di masa depan menjadi orang sukses. Sementara anak-anak mental retarded tak bisa diharapkan seperti, boleh jadi sampai tua pun mereka tetap tergantung pada orang lain.

Ketekunan Br. Laurensius (tentunya dalam dukungan para Bruder Karitas) dalam merintis dan mengembangkan karya pendidikan bagi anak mental retarded memang menjadikan kita disadarkan oleh karya cintakasih Tuhan sendiri sebagai penggerak pertama dan utama. Br. Laurensius juga mengusahakan mobil dari donatur untuk antar jemput bagi anak-anak sekitar Purworejo agar mereka dapat datang dan pulang sekolah setiap hari. Ini bagian penyelenggaraan yang sulit secara managemen manusiawi, karena anggaran bertambah tetapi tidak sebanding dengan uang sekolah yang masuk.

Di situ sekali lagi karya penyelenggaraan Tuhan rupanya terus hidup.

Perjalanan sejarah

Bertahun-tahun sekolah berjalan dan pada akhir dekade tahun 1980-an dibeli sebidang tanah di Boro Wetan Purworejo untuk karya pendidikan anak tunagrahita atau SLB/C. Dengan bantuan banyak fihak, akhirnya sebagian dari master plan yang
ada dapat direalisir (sekitar 40 persen saja) berupa kelas-kelas untuk belajar anak dan juga beberapa unit kecil untuk asrama anak-anak yang berasal dari luar kota.

Sekarang ini, sudah ada kandang dengan 2 ekor sapi sebagai latihan bagi anak untuk beternak. Serta beberapa kegiatan lain seperti: kebun, kerajinan membuat keset, pertukangan kayu dan pembuatan kon-blok.

Sampai sekarang pun antar jemput anak tetap dijalankan, dalam hal ini memang pengadaaan mobil baru bila yang lama mulai rusak perlu mendapatkan uluran tangan juga. Di tambah, umumnya anak-anak yang dititipkan di asrama juga berasal dari keluarga kurang mampu, bahkan ada yang orangtuanya (karena memang tak punya harapan lagi pada anaknya) mereka
melepas tanggung jawabnya setelah anak dimasukkan asrama.

Ini problem tersendiri karena anak punya hak hidup juga sebagai manusia yang bermartabat sama dengan kita semua, tapi anak-anak mental retarded itu terciderai martabatnya secara pribadi maupun mungkin di Indonesia ini juga secara sosial budaya.

Membuat keset

Tentang pembuatan keset, maksudnya untuk melatih anak agar bila nanti sudah usia yang menurut ukuran umum disebut dewasa, mereka dapat membuat keset dan dijual. Tetapi secara ekonomi umum, rupanya juga tidak menolong karena bagaimanapun dibutuhkan skill baik dalam ketrampilan maupun dalam pengelolaannya. Meskipun
secara kemanusiaan, kerja manusia itu tidak selalu harus terhubung dengan ekonomi.

Bahwa anak mental retarded dapat mengerjakan dan menghasilkan sebuah keset dalam waktu seminggu itu merupakan bagian dari martabat kemanusiaan yang memang tak dapat disebut produktif. Tapi itu sudah mewujudkan kerja manusia yang punya
martabat luhur ini dalam keadaannya yang tercedera kecacatan itu.

Saya kadang merenung, siapa mau memilih dilahirkan cacat?

Tetapi apa arti atau  nilai lebih dari orang-orang yang punya kelebihan karena pandai, kaya, kuat, sehat, berpendidikan tinggi, berkuasa dst. kalau tak juga berbagi mengatasi keadaan sesama yang semartabat dan dalam keadaannya yang terciderai itu
kemanusiaannya.

Kegiatan membuat kon-blok selain juga untuk latihan bagi anak-anak mental retarded itu, juga dimaksudkan kalau bisa untuk semakin memantapkan keadaan ekonomi lembaga pendidikan itu. Maka ada rencana, pembuatan kon-blok itu kalau
dapat dibuat agak lebih besar, berarti perlu adanya pemesan-pemesan yang membelinya (termasuk juga hasil karya keset dll).

Situs resmi SLB Karya Bakti Santo Laurensius asuhan para Bruder-bruder Karitas (FC) adalah slbckaryabakti.tripod.com/

(Bersambung)

3 COMMENTS

  1. Selamat atas karya para Bruder sekalian. Mohon maaf, bisakah dikonfirmasi kepada kami kembali tentang rencana kegiatan di Paroki kami oleh para Bruder tgl 24-25 Mei 2014?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here