PANDEMI Covid-19 datang menerjang seluruh dunia. Laksana sebuah badai yang menghempas segala sesuatu dengan ganas. Umat manusia harus mengalami penderitaan, kekurangan, bahkan kehilangan karena pandemi ini.
Secara khusus, umat Katolik di Indonesia mengalami masalah serius dalam kehidupan menggereja, peribadatan, dan karya pastoral.
Umat katolik di beberapa tempat di Indonesia harus mengikuti Perayaan Ekaristi tanpa kehadiran fisik secara langsung, yaitu dengan memanfaatkan media masa elektronik yang bernama live streaming.
Tulisan-tulisan di dalam buku berjudul Berlayar di Tengah Badai Covid-19 ini,menyajikan fakta beraneka ragam mengenai aspek peribadatan dan situasi pastoral Gereja selama pandemi Covid-19.
Buku yang ditulis oleh para frater Seminari Tinggi SVD Surya Wacana, Malang ini, berisi 35 artikel. Masing-masing menggambarkan situasi konkret karya pastoral di berbagai daerah.
Daerah-daerah yang dimaksud bukan terpusat pada satu wilayah teritorial tertentu, melainkan mencakup lintas pulau; mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Dari informasi pengalaman yang diperoleh, dapat dipahami bahwa tidak semua daerah memiliki dampak yang sama karena dampak sebaran virus Corona ini.
Masing-masing daerah yang dalam hal ini berkaitan dengan karya pastoral parokial, menampilkan kekhasannya dalam menanggapi situasi yang serba tidak kondusif.
Semua bergerak bersama
Semua pengurus Gereja, mulai dari uskup, pastor, Dewan Pengurus Paroki (DPP), hingga pengurus lingkungan berusaha dengan segenap jiwa, tenaga, dan budi untuk menjalankan program karya pastoral.
Hal ini dilakukan agar dalam situasi pandemi Covid-19 ini, umat beriman dapat memperoleh pelayanan pastoral parokial sebagaimana mestinya, terutama pelayanan sakramen.
Tentu hal ini tidak berjalan dengan mulus. Setiap tempat memiliki aturan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat penyebaran Covid-19 di daerah bersangkutan.
Tantangan yang mesti dijawab
Tantangan yang dijumpai di beberapa tempat adalah bagaimana umat beriman dapat merasakan dan menghayati perayaan sakramen -terutama ekaristi- secara khusyuk dan personal; tanpa kehadiran secara langsung di dalam gedung gereja.
Tantangan ini merupakan masalah yang tidak kecil mengingat sebelum masa pandemi, umat senantiasa merayakan ekaristi di dalam gedung gereja dengan situasinya yang kondusif.
Makna kehadiran
Sampai di sini, terdapat satu unsur yang sering diabaikan oleh umat beriman, yaitu makna kehadiran. Pandemi Covid-19 menyadarkan umat beriman betapa pentingnya makna kehadiran dalam perayaan sakramen, terutama ekaristi.
Pembahasan yang terdapat dalam setiap artikel merupakan hasil dari wawancara langsung dengan pastor paroki di beberapa tempat dan ditambahi pula dengan pengalaman yang dirasakan dan dialami oleh para frater semasa liburan di paroki masing-masing.
Melalui dua instrumen ini, dapat dipastikan bahwa tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku ini memiliki bobot yang aktual dan dapat dipercaya sebagai sumber untuk mengenal dan mengalami situasi pastoral Gereja di Indonesia.
Selain itu, buku ini juga menyajikan refleksi-refleksi yang dalam mengenai kenyataan yang dialami para frater semasa liburan.
Refleksi-refleksi tersebut lebih bersifat komunal.
Maksudnya, refleksi itu bukan merupakan gambaran perasaan subjektif dari pribadi para frater atau pastor paroki, tetapi merupakan suatu ungkapan rasa dan kerinduan dari seluruh umat dalam suatu paroki tertentu.
Refleksi-refleksi inilah yang menjadi kekayaan utama dari buku ini.
Tak tinggal diam
Di tengah tantangan pandemi Covid-19 yang masih bergulir, Gereja tidak tinggal diam begitu saja.
Para pastor beserta pengurus paroki berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan peluang yang mujarab demi kelangsungan hidup iman dari umat Allah.
Berbagai kegiatan rohani dibuat secara online yang tertuju langsung kepada keluarga dan bukan lingkungan.
Ada pula pelayanan sakramen dengan meminimalkan jumlah orang yang hadir diterapkan di beberapa tempat.
Namun, di daerah dengan jumlah kasus Covid-19 yang kecil atau bahkan tidak ada, berbagai bentuk perayaan sakramen secara inkulturatif diadakan oleh umat dan pastor paroki.
Tentu fakta ini merupakan sesuatu yang sangat menarik dan unik di tengah badai Covid-19 yang terus bergulir.
Duka dan kecemasan kemudian kegembiraan dan harapan mewarnai isi seluruh buku ini.
Kenyataan yang ditemukan di berbagai paroki menunjukkan suatu pengalaman penderitaan karena kekurangan dan kehilangan sekaligus harapan dan kerinduan akan situasi yang lebih baik, yakni situasi normal.
Buku ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi semua kalangan umat beriman, terutama bagi setiap orang yang hendak mengenal dan memahami situasi paroki-paroki di Indonesia selama masa pandemi ini.
Dengan begitu, tentu terdapat nilai-nilai juang yang bisa dipetik dan digunakan sebagai motivasi dan semangat bagi setiap orang secara rohani untuk bergerak maju dalam tantangan badai Covid-19 ini.
- Judul: Berlayar di Tengah Badai Covid-19.
- Editor: Markus Situmorang, Lic.Th.
- Penerbit: Widya Sasana Publication bekerja sama dengan Seminari Tinggi SVD Surya Wacana, Malang.
- Tahun terbit: November 2021.
- Tebal: x + 390 halaman