“Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.” (2 Sam 7, 15)
DI sebuah grup bbm pasutri, terdapat broadcast tentang nama istri di daftar kontak HP suami dari waktu ke waktu.
Nama istri ditulis demikian:
baru menikah: my lovely wife;
1 tahun menikah: my wife;
5 tahun menikah: home;
10 tahun menikah: kantor pusat;
15 tahun menikah: provost;
20 tahun menikah: mabes Polri;
25 tahun menikah: wrong number;
30 tahun menikah: wong edan;
35 tahun menikah: mak lampir.
Setelah usia pernikahan lebih dari 35 tahun, saya tidak tahu lagi bagaimana para suami akan menuliskan nama isterinya di daftar kontak HP mereka.
Sebaliknya, para isteri pun mempunyai cara yang sama dalam menuliskan nama suami mereka dalam daftar kontak Hpnya, demikian:
baru menikah: my one and only man;
1 tahun menikah: my hubby;
5 tahun menikah: papanya anak-anak;
10 tahun menikah: home sweet home;
15 tahun menikah: my personal loan;
20 tahun menikah: satpam rumah;
25 tahun menikah: emergency number;
30 tahun menikah: celengan;
35 tahun menikah: donal duck;
40 tahun menikah: si tua bangka.
Saya juga tidak tahu lagi bagaimana para isteri akan menuliskan nama suami setelah lebih dari 40 tahun menikah.
Sebutan bisa berubah dan panggilan seseorang bisa berganti. Namun apa arti perubahan itu? Perubahan panggilan seringkali juga disertai dengan perubahan sikap dan perilaku seseorang terhadap orang lain. Sikap dan perilaku biasanya mengalir dari dalam diri seseorang, yakni dari hatinya, perasaannya maupun pikirannya. Relasi kasih, cinta dan kesetiaan antara suami isteri atau antar sesama manusia bisa berubah.
Bagaimana caranya memelihara kasih setia, agar tidak hilang dan berubah, seperti kasih setia Allah terhadap Daud? Apa akibatnya kalau kasih setia Allah hilang, seperti dialami oleh Saul?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.