MUKJIZAT itu nyata. Begitu kata banyak orang yang mengimani bahwa terkadang ‘penyelenggaraan ilahi’ itu akhirnya datang menyapa kita, seiring dengan intensifnya doa permohonan kita kumandangkan. Begitulah yang terjadi dengan Bangsa Yahudi, ketika mereka harus hidup dalam pengasingan di Mesir dan menjadi warga budak di negeri Firaun.
The Prince of Egypt
Film kartun lawas bertitel Prince of Egypt (1988) dengan tokoh utama Moses (Musa) –dialah The Prince of Egypt — dengan amat gamblang menjelaskan nuansa makna kalimat pembuka di atas: Mukjizat itu nyata.
Setelah kurang lebih 44 tahun lamanya menjadi warga budak di Mesir, Musa –The Prince of Egypt—berhasil membawa Bangsa Yahudi berbondong-bondong meninggalkan negeri Firaun. Musa lalu membelah Laut Merah dan menyeberanginya agar bisa segenap Bangsa Yahudi itu keluar dari padang gurun Sinai menuju Tanah Terjanji: Israel.
Baca juga:
“Colors of Christmas: Peace & Blessing”, Cara PUKAT KAJ “Membumikan” Sukacita Natal 2017 (1)
Sayang sekali bahwa The Prince of Egypt itu sendiri gagal masuk ke Tanah Terjanji. Allah hanya ‘mengizinkan’ Musa boleh melihat Israel dari sebuah titik di ketinggian Gunung Nebo dan tak lama kemudian ia menyerahkan nyawanya di wilayah yang kini menjadi teritori Yordania.
Musa gagal masuk ke Tanah Terjanji lantaran imannya bimbang: benarkah Allah mampu melakukan mukjizat dengan mengalirkan sumber air di padang gurun? Padahal, ia sendiri –karena imannya yang besar- berhasil mengoyak keukeuh-nya Raja Firaun yang tak mau melepaskan warga budak Bangsa Yahudi bisa meninggalkan Mesir kembali ke Tanah Perjanjian: Israel.
When You Believe
Perjalanan panjang kisah exodus yang penuh romantika perjuangan iman ini menyeruak kuat dalam tembang apik When You Believe. Lagu ini berhasil menyabet penghargaan kategori Best Original Song di gelaran pesta Academy Award tahun 1999.
Di Konser Natal 2017 Colors of Christmas: Peace & Blessing besutan PUKAT KAJ di Ciputra Artpreneur Theater, Minggu malam 10 Desember 2017 lalu, atmosfir getaran perjalanan iman itu kembali digelorakan oleh Regina Handoko. Ia sejenak meninggalkan permainan harpanya yang menawan dan kali ini ia ikut unjuk kebolehan menyanyikan When You Believe bersama Lisa Depe.
Now we are not afraid
Although we know there’s much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could, oh yes
There can be miracles when you believe
Though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe
Syair lagu itu amat kuat mengguratkan keyakinan iman kristiani, bahwa mukjizat itu nyata. Itulah yang tersaji dalam kisah “Sejarah Keselamatan” di ‘era’ Perjanjian Lama: Exodus. Getaran iman Bangsa Yahudi yang membuncah ribuan tahun lalu itu berhasil dicuatkan kembali oleh duet Mariah Carey dan alm. Whitney Houston.
Sedangkan, duo penyanyi Regina Handoko dan Lisa Depe menghadirkannya dalam Konser Natal 2017 Colors of Christmas: Peace & Blessing. Kali ini, dengan magma suara yang berkarakter, duet Regina dan Lisa seakan mengimbangi penampilan super apik Mariah dan Whitney di tahun 1999.
Natal yang ceria
Natal yang tak lain pesta peringatan Hari Lahirnya Kanak-kanak Yesus di Bethlehem – Israel (yang kini masuk wilayah teritorial Palestina) selalu berbalut suasana sukacita dan ceria. Adalah anak-anak dan remaja muda anggota The Resonanz Children’s Choir yang membawa suasana keceriaan itu di atas panggung Konser Natal 2017 PUKAT KAJ (Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta) lewat For Unto Us a Child is Born dan kemudian Jesus Born in this Day yang mereka nyanyikan bersama Lisa Depe.
Today a child is born on earth.
Today the glory of God.
Shines everywhere.
For all the world.
Oh Jesus born on this day.
He is our light and salvation.
Oh Jesus born on this day.
He is the King of all nations.
Manusia suka bermain
Setiap orang itu pada dasarnya homo ludens (manusia bermain). Demikian kata Prof. Johan Huizinga. Memanglah itu yang tersaji ketika The Resonanz Children’s Choir (TRCC) tampil membawakan Rudolph The Red Nosed Reindeer – Rockin’ Around the Christmas Tree. Lengkap dengan aksesori tanduk rusa warna merah yang menghiasi kepala anak-anak dan remaja tanggung ini, barisan TRCC ini mengisi panggung Konser Natal 2017 Colors of Christmas: Peace & Blessing dengan atmosfir sukacita dan ceria.
Layaknya anak-anak yang selalu ceria dan hanyut dalam kegembiraan selama bermain, itulah yang tersaji di panggung saat BMS menyanyi dan menari. Namun rupanya, barisan ‘emak-emak’ pun yang tergabung dalam kelompok Armonia Choir juga tak mau kalah nyali.
Lengkap dengan seragam bernuansakan serba hijau pupus plus sepatu warna emas, Armonia Choir dapukan duet Giok Hartono dan Pieneke Sutandi menawari dua suguhan tampilan di panggung: nyanyian dan goyangan. Dua hal ini mengemuka lewat White Christmas – Jingle Bell Rock. Yang pasti, kemasan tampilannya sangat entertaining.
Menghibur dengan tampilan
Properti itu maha penting di panggung hiburan. Selain tata lampu dan tata suara yang dipastikan harus prima, maka aneka pernak-pernik di layar belakang panggung juga menjadi esensial. Itu bukan lagi menjadi pelengkap, melainkan ikut andil memberi ‘warna’ tampilan gelaran seni di panggung hiburan.
Dalam tiga tahun terakhir ini, kemasan properti Konser Natal PUKAT KAJ semakin menunjukkan kelas dan kualitasnya. Paparan visual dalam bentuk grafis maupun kolase foto di layar belakang panggung ikut memberi aksentuasi, ketika aneka tembang bernuansa Natal itu dilantukan oleh para penyanyi pengisi program Colors of Christmas: Peace & Blessing.
Rasanya lebih nges menyaksikan hamparan salju ikut mengiringi ‘dari belakang’ tembang bertitel I’m Gonna Be Warm This Winter yang dibesut The Resonanz Children’s Choir. Juga pernak-pernik lainnya yang telah dikerjakan apik oleh Reymund Levy bersama Richard Nugraha.
Barangkali demi tampilan yang lebih nges dan mengena pada situasi akhir-akhir ini pula, beberapa komposisi dengan terang-benderang menyuarakan gelora semangat ke-bhinnekaan- Indonesia. Lihat saja, Sammy Simorangkir –meski berdarah Batak—memakai pernak-pernik atribut khas Sumba. Lainnya memakai baju tradisional khas Indonesia dari berbagai wilayah di Tanahair.
Lagu yang dibawakan oleh sekelompok penyanyi ini pun diselingi lirik berbahasa Bali dan beberapa bahasa daerah lain di Indonesia. Kali ini, Konser Natal 2017 PUKAT KAJ ikut ambil bagian dalam gerakan komitmen nasional untuk menjaga dan merawat ke-bhinneka-an Indonesia.
Kuatnya iman akan Tuhan itulah yang kiranya juga telah memotivasi Romo Kandjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ sehingga ia lantang berani menggulirkan sesanti yang kini menjadi semacam ‘kiblat’ moral sosial politik umat Katolik di Indonesia: “100% Katolik, 100% Indonesia”.
Romo Kandjeng Mgr. Albertus Soegijapranaa SJ –Uskup Agung Vikariat Apostolik Semarang– adalah produk hasil didikan Romo van Lith SJ. Lainnya adalah tokoh politik dan pahlawan nasional sekaligus pendiri Partai Katolik IJ Kasimo dan konon juga dua pahlawan nasional dari kalangan TNI: Agustinus Adisutjipto dan Ignatius Slamet Rijadi.
Pada mereka inilah, ‘nyawa’ tembang When You Believe telah membumi dan menyatu dengan jiwa perjuangan mereka dalam upayanya membela NKRI dengan ke-bhinneka-an Indonesia. (Berlanjut)