Degup Cemas Campur Bahagia Segera Tinggalkan Penjara

2
326 views
Ilustrasi: Bertobat. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 26 Oktober 2021.

Tema: Bertumbuhlah.

  • Rm. 8: 19-25.
  • Luk. 13: 18-21.

PUTUS asa? No. Takdir? Aku tak diajari begitu. Kalau benar ada niat dan kehendak, pasti ada jalan keluar.

Banyak yang berpendapat, Allah mengandalkan yang baik dan yang sukses dalam hidup dan diri kita. Namun, aku percaya rencana Allah juga dapat terlaksana di dalam kelemahan-kelemahan  manusiawi kita.

Tetaplah memiliki harapan. Harapan adalah kekuatan bahkan keberanian antisipatif.

Allah selalu campur tangan di dalam kehidupan kita melalui peristiwa-peristiwa dan orang-orang. Bahkan melalui kelemahan kita juga.

“Mo, mohon doa. Supaya iman saya tetap teguh. Keluarga tabah menanti saat kami dapat berkumpul kembali.”

Dengan tenang seorang bapak memohon.

“Baiklah. Jaga kesehatan untuk perjumpaan yang melegakan nanti, ya.”

“Iya, Mo. Saya menjaga kegembiraan batin dan iman. Banyak berdoa dan menenangkan pikiran. Kadang pikiran masih berkecamuk dan ingin menyalahkan keadaan, orang lain. Itu membuat saya stress dan tidak bahagia,” keluhnya.

“Betul.”

“Di dalam pikiran jernih, hati tenang, maka akal nakal dapat terkontrol.”

“Iya, Romo. Masa tahanan saya tinggal dua tahun lagi. Sudah tiga kali pindah lapas. Saya divonis lima tahun atas dugaan memberi sesuatu kepada pihak lain. Gratifikasi.

Saya sebagai pelaksana proyek. Saya  mengerjakan apa yang harus saya kerjakan sesuai dengan job saya. Saya tidak punya firasat apa-apa, karena memang selama ini saya bekerja dengan baik. Umur juga mendekati pensiun. Selama ini tidak terjadi apa-apa.

Saya hanya bekerja dan bekerja demi keluarga. Saya bekerja lebih keras untuk sedikit menambah bekal saat pensiun.

Namun yang terjadi malah sebaliknya. Saya dijebloskan. Saya merasa menjadi korban permainan. Seharusnya bukan saya yang berada di tempat ini. Saya bukan pengambil keputusan. Saya tidak terkait dengan hal-hal dalam kerjasama dengan pihak lain.

Saya hanya pelaksana.

Dalam proses hukum, saya menerima saja semua yang diduga. Saya menghadapinya sendiri sebagai sebuah risiko pekerjaan dan kepercayaan.

Saya tidak mengaitkan perkara yang ditujukan kepada saya dengan orang-orang lain. Saya menanggung sendiri dan tahu akibatnya.

Saya menjalani vonis dengan sebuah keyakinan, bahwa saya tetap aman di dalam lindungan Tuhan.

Saya akan baik-baik saja, kendati banyak cerita tentang bagaimana kekerasan hidup di lapas.

Toh saya sudah berumur. Tidak memiliki apa-apa, mana mungkin mereka ‘ngerjain’ saya.

Yang paling berat dalam hidup batin saya adalah kecenderungan untuk memberontak. Seharusnya ada orang lain yang lebih bertanggungjawab. Tetapi saya memilih diam.

Saya yakin mereka pun berharap demikian.

Dan betul, Saya ditempatkan di sel khusus. Tidak dicampur dengan mereka yang terlibat dalam perbuatan kriminal dan tidak dengan mereka yang masih muda.

Rasa malu kadang menggoda untuk memberontak. Malu pada diri sendiri, keluarga; pada orang-orang yang kenal; bahkan keluarga besar saya.

Walau pun mereka tidak menghakimi saya. Bahkan mereka bergantian menjenguk, menguatkan dan memberi apa yang saya butuhkan.

Kalau soal kiriman atau makanan, saya selalu berbagi langsung pada saat itu juga.

Ada suasana persaudaraan dan kekeluargaan. Di dalam hal ini, keluarga sangat mendukung memang secara ekonomi kami tidak kekurangan.

Saya bertahan karena saya berpengharapan, lewat doa dan renungan  batin, Injil.

Tuhan melawat, membesarkan hati. Saya memberi ruang penyerahan imam yang memberikan kami harapan;  kegembiraan.

Bagi saya itu berarti pembelajaran untuk memikul apa yang seharusnya tidak saya pikul. Saat penjernihan hidup. Begitu Mo,” ungkap jelasnya singkat.

Paulus meluruskan, “Kita diselamatkan dalam pengharapan. Jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” ay 24a, 25.

Kerajaan Allah itu seperti biji dan ragi. Tetap tumbuh dan berkembang bagi kebaikan semua orang. Dan aku adalah salah satu batu hidup dalam bangunan Kerajaan Allah.

Tuhan, bayang Salib-Mu memulihkanku. Amin

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here