Di Balik Para Uskup Regio Jawa Berkostum Betawi dan Kunjungi Balai Kota DKI Jakarta

0
1,545 views
Mgr. Ignatius Suharyo dalam balutan kostum busana khas Betawi berbincang akrab dengan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat. (Ist)

MEMANG sungguh tak biasa menyaksikan para uskup –sangat menyimpang dari kebiasaaan—dari Regio Jawa tiba-tiba ‘berani’ berpenampilan sangat beda. Dalam keseharian mereka, para uskup ini lebih banyak berbusana dengan jubah kebesaran mereka saat terjadi perayaan ekaristi  atau berpenampilan kasual dengan mengenakan pantalon dan kemeja batik. Tapi awal pekan ini, tiba-tiba saja para uskup dari Regio Jawa ini tampil ‘eksentrik’ –sesuatu yang benar-benar tidak biasa.

Lihat saja di berbagai sebaran foto dokumentasi panitia, tiba-tiba saja kita melihat para uskup dari Regio Jawa ini berpakaian ala Betawi, lengkap dengan baju koko beserta sarung sebagai aksesori utama di atas pundak dan kopiah menutup batok kepala.

Baca juga:  Berkostum ala Betawi, Para Uskup Regio Jawa Kunjungi Plt Gubernur DKI Jakarta

Asyik dan lucu melihat tampilan para uskup Regio Jawa ini dalam balutan busana khas tradisional ala Betawi. Belum lagi, ketika mereka mendapat kesempatan berkunjung ke Balai Kota Jakarta dan berbincang dengan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat di situ.

Rapat rutin para uskup Regio Jawa

Para uskup dari Regio Jawa adalah Mgr. Ignatius Suharyo (Keuskupan Agung Jakarta), Mgr. Robertus Rubiyatmoko (Keuskupan Agung Semarang), Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm (Keuskupan Malang), Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono (Keuskupan Surabaya), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC (Keuskupan Bandung), Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM(Keuskupan Bogor) dan RD Tarcisius Puryatno – Administrator Keuskupan Purwokerto.

Mereka berkumpul di Pusat Pastoral KAJ di Klender, Jaktim, bersama segenap anggota Kuria Keuskupan masing-masing untuk sebuah pertemuan rutin berkala. Romo BS Mardiaatmadja SJ juga ikut menghadiri pertemuan berkala ini dengan pokok bahasan beberapa isu sosial yang beberapa bulan terakhir ini menjadi perhatian bersama.

Namun dalam pertemuan berkala ini, telah absen datang adalah Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM karena tengah sakit dan Mgr. Julianus Sunarka SJ  serta Mgr. Michael Angkur OFM – keduanya uskup emeritus untuk Keuskupan Purwokerto dan Keuskupan Bogor.

Rombongan Uskup regio Jawa dan Kuria foto bersama di Balaikota . (Panitia TURJ)

Berkunjung ke Balai Kota DKI Jakarta

Nah, di sela-sela pertemuan rutin berkala itulah, para uskup menyediakan waktu khusus untuk bertandang muka dan bersilahturami dengan Plt. Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat di Balai Kota.

Kepada Sesawi.Net, Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm menjelaskan bahan perbincangan apa saja yang terjadi di Balai Kota antara Djarot Syaiful Hidayat dengan para uskup Regio Jawa ini.

Sebagaimana kita ketahui dari cuitan Djarot Syaiful Hidayat di medsos, dia merasa terhormat mendapat kunjungan para uskup dari Regio Jawa ini. Sesuatu yang amat menggembirakan dan membuat bangga hati.

Kepada para uskup Regio Jawa ini, demikian penjelasan Mgr. Pidyarto Gunawan O.Carm, Djarot Syaiful Hidayat menerangkan bagaimana konsep sistem smart city ini sudah mulai diberlakukan di Jakarta. Tepatnya, bagaimana situasi di lapangan di setiap sudut strategis di wilayah DKI Jakarta ini bisa dipantau melalui layar monitor di sebuah ruangan khusus di Balai Kota DKI Jakarta.

“Intensi para uskup Regio Jawa datang ke Balai Kota DKI Jakarta tiada lain adalah untuk sowan Pak Djarot. Dari beliau, kami mendapat informasi dan penjelasan tentang semangat manajemen transparansi yang diusung Pemprov DKI Jakarta, menjaga performa akuntabilitas publik, dan keinginan untuk melayani kepentingan umum/rakyat,” kata Mgr. Pidyarto Gunawan O.Carm dari Keuskupan Malang ini.

“Kami juga mendapat penjelasan tentang apa itu smart city  dimana dalam satu ruangan besar dengan layar monitor raksasa, Pemprov DKI Jakarta bisa memonitor situasi Jakarta secara real time dan –kalau dibutuhkan—bisa mengambil keputusan cepat untuk merespon situasi,” kata uskup ahli kitab suci ini.

Smart City

Smart City adalah tema besar dan dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi isu menarik di antara negara-negara maju. Ini menjadi sebuah kebutuhan mendesak,  ketika pemerintah lokal mampu memantau setiap sudut wilayah kota dan mampu mengambil keputusan cepat dan tepat untuk merespon perkembangan situasi di lapangan. Pantauan real time atas sikon lapangan semacam ini sangat berguna, ketika sebuah keputusan penting harus segera dibuat guna bisa  merespon situasi-situasi ‘darurat’ seperti misalnya banjir dan aneka bencana alam lainnya, aksi kriminalitas, dan –paling jelek—kerusuhan sosial.

Konsep tata kelola perkotaaan dengan label smart city kini sudah terjadi di Jakarta dengan pusat kendali monitoring-nya di Balai Kota. Di Seoul, Korsel, pusat monitoring smart city itu terjadi di lantai tiga di bawah tanah di City Hall of Seoul Metropolitan Government (SMG) di jantung kota Seoul.

Di Manila, Filipina, pusat kendali monitoring smart city ada di lantai delapan sebuah gedung bertingkat dimana juga berkantor Walikota Makati City.

Tidak semua orang boleh memasuki kawasan ‘tertutup’ ini.  Di SMG misalnya, hanya mereka yang punya badge khusus bisa mendapatkan akses masuk ke ruang bawah tanah ini. Di Makati City  berlaku pula kebijakan sama.

Apa pun bentuk protokoler masing-masing kota besar dalam menerapkan smart city itu, yang pasti Indonesia –utamanya di Jakarta—makin maju dalam tata kelola pelayanan publiknya. Dan konsep smart city adalah salah satunya dan itu rupanya hal menarik yang layak juga diketahui oleh para uskup Regio Jawa, selain urusan misa dan pelayanan sakramental.

Pertanyaannya, mungkinkah sekali waktu ada tata kelola gereja yang ciamik seperti itu: smart church?

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here