PENGALAMAN pribadi mengubah hidup banyak orang. Orang bisa diubah oleh pengalaman positif dan negatif. Bersyukurlah orang yang mendapat pengalaman positif; apalagi menyelamatkan.
Petrus dan para murid mempunyai pengalaman negatif dan positif tentang Yesus, Guru mereka. Yang terburuk adalah penangkapan, penderitaan dan kematian-Nya. Mereka yang belum memahami yang berulangkali disampaikan-Nya (bdk. Luk 9: 22) mengalami “shock” berat waktu menyaksikan hal itu terjadi.
Demikian pula para perempuan yang dekat dengan-Nya.
Namun mereka juga mendapat pengalaman positif, yakni bahwa Yesus bangkit. Pengalaman itu mengubah Petrus seratus delapan puluh derajat. Dari orang yang menyangkal Gurunya karena takut menjadi pemberani yang berdiri di depan banyak orang Yahudi, bersaksi (bdk. Kis 2: 36-41).
Maria Magdalena mempunyai pengalaman yang berbeda. Dia berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit di tempat dekat Sang Guru dimakamkan.
Empat mata Maria Magdalena berjumpa dengan Gurunya. Bahkan sebagai yang pertama sebelum murid-murid-Nya.
Demikian cara Yesus menjawab orang-orang yang amat merindukan Dia. Yesus tidak pernah mengecewakan kita.
Wanita yang pernah merasakan sentuhan kasih dari Yesus itu menyimpan pengalaman mendalam yang tak terlupakan.
Karena itu, pagi-pagi benar dia pergi ke kubur. Kematian tidak dapat melenyapkan kasih di antara orang yang mengasihi.
Kehilangan Dia membuat Maria Magdalena menangis. Perjumpamaan kembali dengan-Nya membebaskan dari derita batinnya.
Karena itu, ketika dia sadar siapa yang dijumpainya Maria Magdalena berlutut dan erat-erat memeluk kaki Yesus (bdk. Yoh 20: 17).
Kita tidak memiliki pengalaman seperti yang Maria Magdalena alami. Namun amat sering Dia datang menjumpai kita.
Dalam Sakramen ekaristi Dia datang menemui. Bahkan memberikan Diri. Apakah kita mempersiapkan hati untuk menyambut Dia; berlutut di depan yang bangkit?
Selasa, 19 April 2022
