Dibenci dan Ditolak

0
49 views
Ilustrasi - Ditolak.

Sabtu, 12 April 2025

Yeh 37:21-28
KT. Yer 31:10.11-12b.13
Yoh 11:45-56

KEBENCIAN adalah racun yang tak pandang bulu.

Kebencian dapat tumbuh di dalam hati siapa saja, tak peduli apakah ia seorang pemimpin besar atau orang kecil, seorang kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau sederhana.

Ketika kenyamanan pribadi terusik, naluri manusiawi sering kali mencari cara untuk mempertahankannya, bahkan jika itu berarti menyakiti orang lain, memutarbalikkan kebenaran, atau menutup telinga dari suara keadilan.

Ironisnya, kebencian sering berakar bukan pada kejahatan orang lain, melainkan pada ketakutan kita sendiri, takut kehilangan kekuasaan, takut tersingkir, takut disingkapkan kekurangannya.

Dan dari ketakutan itu, lahirlah amarah, kecurigaan, dan tindakan-tindakan yang menyimpang dari kasih.

Namun, ada harapan. Kebencian bukanlah akhir dari segala sesuatu. Ia bisa dibersihkan.

Kebencian bisa diubah, jika hati dan pikiran kita terbuka, jika kita mau mendengar teguran dari kebenaran, dari suara Tuhan yang lembut namun tegas.

Kristus telah menunjukkan kepada kita bahwa ketika kebencian datang menghantam, respons kita bukanlah membalas dengan kebencian pula, tetapi menjawab dengan belas kasihan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.”

Ahli Taurat dan dan Orang Farisi, mengambil keputusan yang mengerikan: “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.”

Betapa tajam dan getir keputusan itu. Sebuah niat jahat lahir bukan karena Yesus berbuat salah, tapi karena kebaikan-Nya mengguncang kenyamanan mereka.

Terang yang dibawa Yesus
justru membuka gelapnya hati yang telah lama tertutup. Dan ketika terang datang, orang yang terbiasa dalam kegelapan akan merasa silau, sehingga memilih untuk memadamkan terang itu, ketimbang membiarkan dirinya berubah.

Yesus tahu konsekuensi dari karya-Nya. Ia tahu bahwa kebaikan-Nya akan dibalas dengan kebencian. Namun, Ia tetap melangkah.

Karena kasih Tuhan Yesus lebih besar daripada rasa takut. Dan dari keputusan mereka untuk membunuh-Nya, justru lahirlah jalan keselamatan bagi kita semua.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menutup telinga saat kebenaran mengusik cara hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here