Dinasti Kekuasaan

0
444 views
Ilustrasi - Mencari kekuasaan. (Ist)

Puncta 17.10.21
Minggu Biasa XXIX
Markus 10: 35-45

PAK Abas punya dua anak laki-laki, namanya Ubas dan Abis. Keduanya dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan.

Pak Abas meniru pendahulunya yang menggunakan klan keluarga untuk meraup kekuasaan. Kedua anaknya juga didorong untuk memegang tampuk kuasa.

Kalau bisa paman-bibi, besan-menantu, adik-kakak, oom-tante, anak-cucu, semua diberi jatah kursi.

Kaya ora ana gawean, selain rebutan kursi (Seperti gak ada kerjaan selain rebutan jabatan),” komentar Mbah Trimbil.

Keluarga ini memelihara dua kelompok untuk membangun power. Kelompok kanan adalah para preman. Kelompok kiri adalah kaum pendoa suci.

Mereka dipakai sebagai motor penggerak massa.

Para preman bertugas menebar teror ketakutan; menindas, memeras, menebas, memangkas. Para pendoa bertugas menebar janji suci masuk surga, bisa kawin dengan bidadari-bidadara.

Yang penting bagi Pak Abas, kedua anaknya bisa berkuasa dengan segala cara. Harapannya si Ubas jadi perdana menteri, si Abis jadi ketua parlemen. Kalau bisa semua kursi kekuasaan harus diambil keluarga.

Dalam Injil, Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zebedeus meminta jatah kekuasaan.

“Perkenankanlah kami ini duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, seorang di sebelah kanan, dan seorang lagi di sebelah kiri-Mu,” kata mereka.

Kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Mereka marah karena kesepuluh murid yang lain itu tidak diajak untuk duduk dalam kekuasaan. Mereka tidak mendapat jatah kursi.

Dalam situasi ribut dan chaos itu, Yesus memberi pengajaran kepada mereka. Apa arti kekuasaan sebenarnya.

“Kamu tahu, bahwa orang-orang yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Tetapi janganlah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semua.”

Yesus memberi contoh bagi para murid-Nya, “Anak Manusia pun datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.”

Kekuasaan itu bukan untuk menindas, tetapi untuk melayani.

Kalau mau menjadi terkemuka harus berani menjadi hamba. Kalau mau menduduki kursi tinggi, harus mau menjadi abdi.

Hati-hati penyakit postpower syndrome mengintip bagi mereka yang diperbudak ambisi.

Melihat bunga warna merah,
Hari-hari terasa cerah.
Katanya kuasa itu amanah,
Habis kuasa kok malah serakah?

Cawas, melayani dengan rendah hati

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here