Discussion Club (Disclub), Nama Kelompok Baru di Gaudium et Spes Community (1)

0
1,991 views

NAMANYA sederhana saja, yakni “discussion club”. Namun, kami lebih suka menyingkatnya menjadi Disclub. Ini semacam kelompok diskusi yang mengarah pada terbentuknya sebuah leadership forum. Di dalam kelompok inilah diharapkan bisa terjadi agenda diskusi-diskusi terbatas untuk membahas tema besar yang termaktub dalam dokumen Gereja sepenting Gaudium et Spes (GS).

Dari situ pula telah lahir sebelumnya: sebuah kelompok baru bernama  Gaudium et Spes Community (GSC).

Disclub digagas oleh kelompok leadership forum sebagai semacam sub-program dari agenda panjang yang disusun GSC. Disclub dengan demikian berada dalam satu koridor visi yang sama dengan GSC yakni menuju Gereja Katolik Indonesia Masa Depan yang –seperti kata almarhum Uskup Agung Semarang Mgr. Soegijapranata SJ waktu itu—“harus menjadi 100% Indonesia, 100% Katolik”.

Menyikapi sikon sosial
Dalam terang Ajaran Sosial Gereja (ASG), Disclub dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menyikapi situasi-kondisi sosial di masyarakat yang kami anggap “memprihatinkan”. Apakah itu sikon sosial dalam tubuh Gereja Indonesia sendiri maupun kondisi sosial pada umumnya yang terjadi di masyarakat umum.

Ada empat topik yang telah kami agendakan sebagai bahan diskusi di kelompok Disclub selama kurun waktu tahun 2012. Diskusi pertama telah digelar hari Sabtu (19 Maret 2012) dengan mengusung tema Aplikasi Ajaran Sosial Gereja dalam Ranah Politik: Sebuah Studi Kasus: Pilgub DKI Jakarta 2012.

Diskusi perdana di lingkaran Disclub ini merupakan entry point bagi segenap umat katolik untuk menata kembali hidup berbangsa dan bernegara. Artinya, bagaimana secara konkrit kita bisa menjaga dan tetap mewarisi identitas asali kita sebagai “garam dan terang” dunia yang tak lain adalah memberi pengaruh positif di Bumi Pertiwi.

Dalam terang ASG, segenap orang katolik punya kewajiban moral ikut memajukan dan mewujudkan kesejahteraan umum. Siapa pun yang akan terpilih dalam pilkada atau pemilu dipastikan akan punya peran besar dalam setiap kebijakan publik. Langsung atau tidak, hal itu pasti akan bersinggungan dengan kesejahteraan umum.

Maka dari itu, calon potential yang bakal menjadi pemimpin lokal atau nasional haruslah mereka yang punya komitmen terhadap kesejahteraan umum. Ia atau mereka harus punya ambisi melahirkan kebijakan-kebijakan publik yang menghormati martabat setiap pribadi, adil, jujur, dan berpihak kepada rakyat jelata (preferential option for the poor).

Karena itu, keterlibatan aktif dan partisipatif sebagai pemilih yang bertanggungjawab dan cerdas (well-equipped) sangat dibutuhkan. Sikap ini krusial, karena setidaknya kita sebagai umat katolik bisa meminimalisasi kerusakan (damage control) yang mungkin terjadi.

Situs resmi GSC adalah www.gerejamasadepan.org  (Bersambung)

Photo credit: Bernadetta Febriana

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here