Dokumen Abu Dhabi, Deklarasi Atma Jaya, Dukungan Sembilan Pemuka Agama (2)

0
159 views
Pimpinan Yayasan Atma Jaya menyerahkan Deklarasi Atma Jaya kepada perwakilan Kementerian Agama RI untuk bisa ditindaklanjuti sebagai gerakan bersama dengan mengetengahkan pendekatan damai dan persaudaraan atasi masalah-masalah kemanusiaan di Indonesia. (Unika Atma Jaya)

BERIKUT ini adalah pendapat, komentar dari ke-9 tokoh dan pemuka agama yang hadir dalam acara meretas dokumen “Deklarasi Atma Jaya” di Kampus Unika Atma Jaya Jakarta, 25 Februari 2023.

Ketua KWI Mgr. Antonius Bunjamin Subianto OSC

“Kehadiran kesembilan tokoh lintas agama dan kepercayaan di Unika Atma Jaya pada hari ini sudah merupakan wujud nyata Dokumen Abu Dhabi yakni persaudaraan sejati yang sangat kita syukuri,” kata Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam penjelasannyamembuka sesi dialog karya.

Ia juga menambahi, orang yang memiliki hati suci Allah akan membawa perdamaian, sebab Allah tidak bisa dikotak-kotakan oleh perbedaan manusia.

Ketua PGI Pdt. Gomar Gultom M.Th

Perwakilan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom MTh mengatakan, “Dokumen Abu Dhabi merupakan undangan semakin menjadi pembawa damai sekaligus pengingat keras bagi kita semua untuk menjalani nilai-nilai agama secara substansial; juga mendorong rekoneksi untuk gerakan moral dan gerakan sosial kemanusiaan.”

Perwakilan PBNU KH AH Abu Yazid Al-Busthami

KH AH Abu Yazid Al-Busthami mengatakan, sebetulnya begitu banyak tragedi kemanusiaan di belahan dunia yang memerlukan bantuan kita semua. Mengingat Islam sendiri sebetulnya merupakan agama kasih, yaitu Allah memberi rahmat.

Bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia, tanpa membedakan agama dan bangsa.

“Konsep dasar NU, perbedaan bukan dijadikan suatu hal yang dapat diperdebatkan. Yang sama jangan sampai dibedakan, yang beda jangan sampai disamakan. Kita memiliki tujuan sama yaitu menjaga perdamaian dunia, karena semua manusia itu berasal dari bapak-ibu yang sama sehingga kita bersaudara dalam kemanusiaan,” kata KH AH Abu Yazid Al-Busthami mewakili PBNU.

Perwakilan Muhammadiyah Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed

Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed mengatakan, Dokumen Abu Dhabi ini memberi kita pelajaran bahwa agama itu berbeda secara ritual, tapi memberi banyak kesamaan mengenai persoalan kemanusiaan.

“Satu hal penting: One Humanity, One Responsibility, untuk kemanusiaan konteksnya manusia sebagai mahluk Tuhan yang sangat mulia dan memiliki hak untuk mencapai kebahagiaan. Dokumen Abu Dhabi, bukan hanya etika, tetapi etik,” kata Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed mewakili Muhammadiyah.

Ketua Umum Matakin Budi Tanuwibowo

Ia mengatakan, agama sejati ialah agama yang mendekatkan kita pada kemanusiaan. “Contohnya agama Islam itu rahmat bagi semua manusia, kemudian Trikitakarana dari Hindu yang sama juga dengan aliran kepercayaan ialah semua mahluk berbahagia. Agama Katolik ialah agama penuh kasih, agama Konghucu dan Buddha ialah semua mahluk hidup itu bersaudara,” jelas Budi Tanuwibowo, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia.

Perwakilan PHDI Wisnu Bawa Tenaya

Perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, menjelaskan bahwa sebagai umat beragama harus menjaga secara utuh tata tentrem kerta raharja yang berujung pada semangat gotong royong.

“Daya tempurnya anak bangsa yang kuat fisiknya, badannya harus sehat, spiritual yang bagus, jiwanya harus bersih. Ayo bergandengan tangan saling berkontribusi, saling memberi, tidak saling menjatuhkan satu sama lain,” kata Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya sambil menyerukan salam “Pancasila dan Merdeka”.

Perwakilan Permabudhi Prof. Dr. K. Philip Wijaya

Ia mengatakan, di dalam agama Buddha, Dokumen Abu Dhabi sudah diimpementlasikan dalam hal pendidikan, membangun umat yang lebih cerdas, atau dalam hal relasi bukan hanya antar agama tetapi juga inter agama Buddha sendiri.

“Dalam hal kepedulian di dunia yakni dengan mengerti perasaan dan penderitaan orang lain serta lingkungan hidup khususnya juga pangan, salah satunya dengan gerakan yang sudah dilakukan yaitu membersihkan piring sendiri dan tidak menyia-nyiakan makanan,” jelas Prof. Dr. K. Philip Wijaya, mewakili Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permanudhi)

Ketua Presidium I DMP-Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia Ir. Engkus Ruswana

Ia mengatakan, menerapkan Dokumen Abu Dhabi sebaiknya harus kembali kepada karakter asli bangsa Indonesia yaitu karakter harmoni yang melahirkan kasih dan pikiran positif.

Deklarasi Atma Jaya

Deklarasi Atma Jaya merupakan hasil dari dialog yang berlangsung sepanjang acara. Secara umum, deklarasi itu berisi hal-hal sebagai berikut:

  • Memperhatikan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dari segi agama, ras, suku, budaya; bahwa hubungan antara anak bangsa kerap kali diganggu oleh kepentingan politik dan kepentingan-kepentingan lain yang tidak terpuji;
  • bahwa masa depan kehidupan keagamaan dan kebangsaan ditentukan oleh usaha menghidupkan persaudaraan sejati antara umat lintas agama dan kepercayaan.

Selanjutnya para pemimpin umat lintas agama dan kepercayaan serta pimpinan Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bersepakat dan menyatakan beberapa pokok pikiran sebagai berikut:

  1. Mendukung semua pihak dalam upaya menegakkan kemanusiaan dan persaudaraan sejati antara umat lintas agama dan kepercayaan.
  2. Mengutamakan pendekatan damai tanpa kekerasan dalam menyelesaikan segala konflik nasional dengan mengutamakan hak asasi setiap warga, kesetaraan, keadilan, dan belas kasih.
  3. Melibatkan orang muda dan mahasiswa dalam aksi-aksi nyata membangun relasipersaudaraan lintas agama dan kepercayaan dalam rangka merawat kebinekaan.
  4. Mengembangkan kerja sama perguruan tinggi, umat Lintas agama dan kepercayaan untuk memperkuat pesaudaraan kebangsaan.
  5. Mengecam dan menolak keras terorisme dan segala bentuk kekerasan yang  mengatasnamakan ajaran agama dan kepercayaan.
  6. Dengan menghidupkan Dokumen Abu Dhabi dalam dialog karya ini diharapkan dapat mewujudkan gerakan bersama untuk mengatasi permasalahan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan terutama oleh generasi muda dan komponen masyarakat lainnya yang bergotong royong mengatasi masalah riil kemanusiaan. (Berlanjut)

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here