HARI ini kita membaca versi lain dari perumpamaan tentang penabur (Matius 13:24-30). Perumpamaan ini berbicara tentang lalang yang tumbuh di antara gandum yang ditaburkan.
Ada dua sikap terhadap lalang itu. Pertama, hamba-hamba dari tuan ladang itu ingin mencabut lalang itu (Matius 13:28). Kedua, tuan ladang melarangnya, karena waktu mencabut lalang itu gandum bisa ikut tercabut pula (Matius 13:29).
Perumpamaan ini menggambarkan komunitas Kristiani perdana yang terdiri dari dua macam manusia, yakni anggota yang baik dan anggota yang jahat. Mereka yang baik merasa terganggu dengan keberadaan mereka yang jahat dan suka membuat masalah dalam jemaat.
Kelompok yang pertama yang merasa diri lebih beriman (elit) ingin membuang anggota yang merepotkan itu. Namun ada yang membiarkan Tuhan yang mengadili mereka itu. Bukankah ada ungkapan, “Yang hari pendosa besok bisa menjadi orang kudus”?
Apa pesan dari perumpamaan ini? Gereja itu terdiri dari kaum pendosa dan untuk pendosa. Santo Paulus menggambarkannya sebagai bejana tanah liat (2 Korintus 4:7) yang mudah pecah.
Walau demikian, Gereja diutus untuk mewartakan Kerajaan Surga kepada semua orang. Ini tugas yang tidak mudah, karena Gereja masih harus berjuang untuk menghadapi kelemahannya sendiri yang tampak pada diri anggotanya.
Di satu sisi, Gereja dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Surga, di sisi lain, dia masih harus berjuang mewujudkan Kerajaan itu dalam dirinya sendiri. Para anggota Gereja masih perlu terus memperbaiki diri agar hidup mereka sesuai dengan kehendak Tuhan.
Singkatnya, perumpamaan ini mengajarkan agar jemaat itu menyadari kelemahannya sendiri dan mau menerima kelemahan sesama anggota jemaat. Hendaknya orang tidak menghakimi sesamanya. Keduanya perlu belajar dari tuan ladang, yakni Yesus yang tidak mengadili sebelum waktunya.
Sabtu, 27 Juli 2024
Peringatan Santo Titus Brandsma
HWDSF