Duc in Altum untuk Adorasi Ekaristi

0
1,839 views

duc in altumDUC in altum”, bertolaklah ke tempat yang dalam (Lk 5:4.

Perintah Tuhan Yesus kepada para nelayan di pantai danau Genesaret, yang dibacakan pada hari Minggu, 10 Februari 2013, saya jadikan bahan renungan pertama mengawali retret para imam Keuskupan Amboina yang diselenggarakan di Wisma Gonzalo Velozo.

Gonzalo pedagang Portugis yang menjadi misionaris perintis di Ambon pada pertengahan abad XVI. Kecuali 71 imam diosesan Keuskupan Ambon, ikut seta juga 3 imam SVD, 6 diakon calon tahbisan, dan juga Mgr. PC Mandagi, MSC.

Kemudian, para peserta retret saya antar kepada Tuhan agar mengikuti-Nya lebih dekat, mengenal-Nya lebih dalam dan mencintaiNya lebih mesra. Pengalaman dicintai dan mencintai Tuhan sangat penting untuk hidup di dunia yang menurut para Uskup Sinode 2012 sedang dalam proses desertifikasi rohani.

Dunia menjadi padang gurun rohani. Di padang gurun itu saya ajak para peserta untuk melibatkan diri di dalam peristiwa perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria (Yoh 4: 1-44) untuk mendalami makna peristiwa minum dan makan, agar bergembira dalam iman dan bergairah dalam pewartaan.

Pada diri perempuan Samaria kami menemukan “compassion for Christ”. Kami lengkapi peristiwa tentang perempuan Samaria dengan perumpaan tentang lelaki Samaria (Luk. 10: 25-37). Pada lelaki Samaria kamu menemukan “compassion fot the victim”.

Dari padang gurun di Samaria itu saya ajak para peserta pergi ke padang rumput di Betsaida untuk menyaksikan peristiwa 5 roti 2 ikan, peristiwa yang mengantar kami untuk ikut Yesus menyeberang ke Kapernamun tempat Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Roti Hidup, yang turun dari surga (Yoh 6: 1-71).

Kita menjadi ingin tahu siapakah Yesus sebenarnya. Dalam berbagai peristiwa penting menjadi jelas bahwa Yesus adalah Anak Allah, diwahyukan di sungai Yordan ketika dibaptis (Mat. 3:17; Mk. 1:11; Lk 3:22), diteguhkan ketika dimuliakan di gunung Tabor (Mat. 17:5; Mk. 9:7; Lk 9:35), dan diakui di gunung Golgota oleh kepala pasukan yang berkata, “Sungguh, Dia ini adalah Anak Allah” (Mat. 27:54; Mk. 15:35; Luk 23:47).

Namun kemudian di padang gurun setelah puasa 40 hari dan 40 malam pemahaman mengenai jati diri Yesus sebagai Anak Allah mendapat pertimbangan-pertimbangan serius. Ia dicobai oleh Iblis (Mat. 1: 1-11). Terhadap pertimbangan dari Iblis itu Yesus berkendak kuat pada pemahaman yang teguh dan mendalam. Tuhan Yesus menegaskan, bahwa Dia bukanlah tukang sulap yang bisa mengubah batu menjadi roti, atau tukang akrobat yang bisa selamat menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Ia pun tidak sudi memenuhi kehendak Iblis untuk sujud menyembahnya.

Penyembahan yang benar hanya pantas dihaturkan oleh penyembah-penyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (bdk. Yoh. 4: 23). Menjadi Anak Allah bagi Yesus berarti menaati kehendak Allah Bapa-Nya, melalui jalan salib sampai mati. Begitulah caranya Yesus mencintai kita sehabis-habisnya. Ia yang tidak berdosa dijadikan dosa, agar kita yang berdosa dibebaskan dari hukuman dosa. Meskipun kasih-Nya ditolak karena dosa-dosa manusia, kasih-Nya tetap menyatakan sebagai kasih yang penuh pengampunan, karena Allah Bapa-Nya adalah Allah yang Maharahim.

Sebagai ungkapan syukur atas pengampunan-Nya, kami menyadari diri sebagai pendosa, tersungkur di hadapan-Nya, berujud menyembah pada Yesus yang hadir dalam Ekaristi Sakramen Mahakudus. Sembah sujud tersebut kami lakukan pada malam ini.

Adorasi Ekaristi dimulai pada 20.00, dan akan diakhiri pada jam 24.00.

Ketika saya tulis sekilas info tentang retret para imam dari kamar saya terdengar para peserta berdoa dan bernyanyi di kapel Wisma Retret ini untuk menyatakan kasih karena telah mengalami lebih dahulu dikasih-Nya. Terdengar pula bunyi kodok bersahut-sahutan, sedang bermain orkes mulut yang melantunkan suara harmoni nyanyian alam.

Saya teringat akan begitu banyak pendoa di Keuskupan Agung Semarang yang tergabung dalam Jaringan Kodok (Jaringan Persaudaraan Antar Kelompok Doa di Keuskupan Agung Semarang) dan siapa pun yang mengandakan kekuatan doa karena percaya bahwa Allah adalah kasih ( 1 Yoh. 4: 1).

Retret ini akan berakhir Kamis, 13 Februari 2013, malam hari. Dan saya akan kembali ke Semarang Sabtu, 15 Februari 2013. Direncanakan sampai Semarang petang hari. Dengan bertolak ke tempat yang dalam untuk adorasi Ekaristi, marilah kita bergembira dalam iman dan bergairah dalam pewartaan. Dimuliakan nama Tuhan untuk selama-lamanya.

Happy Valentine’s Day!

Salam, doa ‘n Berkah Dalem, + Johannes Pujasumarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here