Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Aku yang Memilih Kamu, Kis 12: 1-11, 2 Tim 4: 6-8.17-18

0
423 views
Santo Petrus dan Paulus by Ist.

HARI ini dalam liturgi Gereja Katolik merayakan pesta Ssnto Petrus dan Paulus. Keduanya disebut soko guru Gereja. Menurut penelusuran sejarah Gereja, kedua tokoh ini memiliki latar belakang keluarga dan pendidikan yang berbeda.

Sejarah Gereja bertutur, “Simon anak Yunus lahir di Betsaida, Galilea, di sebuah kampung di tepi Danau Genesaret. Ayahnya seorang nelayan. Dan dia pun mengikuti profesi pekerjaan ayahnya. Dia tidak berpendidikan, tetapi pandai dalam hal menangkap ikan.

Sedangkan, Paulus lahir di Tarsus, Asia Kecil dari keluarga Yahudi dengan status sebagai warga negara Romawi. Dia adalah seorang intelektual yang berguru kepada Prof. Dr. Gamaliel, selaku ahli dalam bidang kitab suci Perjanjian Lama Di Yerusalem.

Kedua tokoh ini bisa menjadi daya pikat bagi Tuhan Yesus. Petrus bukan seorang berpendidikan, tetapi ada potensi lain yang Tuhan Yesus lihat dalam dirinya. Jadi, pilihan Tuhan Yesus yang jatuh kepada Petrus tidak didasarkan pada pertimbangan kecerdasan akal budi, tetapi pada potensi yang tak terlihat secara pikiran manusiawi.

Sekedar catatan, barangkali model pilihan Yesus kepada Petrus ini, bisa menjadi pertimbangan bagi para formator dalam menilai seorang Frater atau Seminaris di tahun formatio secara utuh.

Demikian pula dengan pilihan Tuhan Yesus kepada Paulus. Secara intelektual memang dia tidak perlu diragukan lagi, sebab dia memang sudah top, tetapi apakah karena faktor itu yang membuat Tuhan Yesus terpikat untuk memilihnya? Atau karena ada faktor lain?

Sekali lagi, intelektual bukan faktor satu-satunya yang menjadi daya pikat bagi Tuhan Yesus dalam memilih Paulus. Ada potensi tersembunyi dalam diri Paulus yang tak terlihat oleh mata manusiawi dan hal itu yang menjadi alasan utama bagi Tuhan Yesus dalam merekrutnya.

Dalam kesempatan yang lain, Paulus tidak pernah menilai dirinya sebagai orang yang pandai dan pintar. Malah dia menilai dirinya dengan bijak sebagai orang yang bodoh, hina dan tidak berarti sedikitpun.

Dia berkata, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.” (1Kor 1:27-28).

Dalam hal memilih orang itu, Tuhan Yesus sendiri pernah bilang, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” (Yoh 15:16).

Selain itu, keberpihakan Allah dalam memilih orang tidak pernah mengarah kepada mereka yang sudah merasa diri hebat dan pandai. Dia malah jatuh hati kepada mereka yang tidak dianggap pandai dan bijak oleh siapapun.

Dalam hal itu, Tuhan Yesus bertutur, “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Luk 10:21).

Demikian pula dengan kita sebagai imam yang sudah Dia panggil untuk-Nya. Kita bukanlah orang yang pantas, sempurna dan suci. Kita adalah imam yang manusiawi!

Renungan: Dalam melihat potensi orang lain yang tersembunyi, ada baiknya kita mendengar lagi nasihat orang bijak yang berkata, “Banyak hal lebih hebat dari pada yang tadi masih tersembunyi, sebab cuma sedikitlah dari pekerjaan-Nya yang telah kami lihat.” (Sir 43:32).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here