Luk 18:9-14
DALAM bacaan Injil harian hari ini, Tuhan Yesus memperlihatkan pada kita dua bentuk sikap orang dalam berdoa. Sikap doa yang satu dihadirkan melalui sikap orang Farisi dan yang lain diwakili oleh seorang pemungut cukai.
Secara ringkas, sikap doa orang Farisi lebih menonjolkan diri sebagai orang yang sempurna tak bernoda di mata Tuhan, sedang orang pemungut cukai lebih menampilkan diri sebagai orang yang ringkih, hina tak berdaya di hadapan Allah.
Adalah Tuhan Yesus, tampil pula di Bait Allah dan kali ini, Dia datang sebagai Wartawan dari stasiun _medsos_ milik Surga dan di sana Dia lagi asyik meliput kegiatan sikap doa dua orang ini, di Bait Allah. Menurut hasil penelusuran dan survei-Nya di sana, kedua sikap doa orang ini, mendapat _ratting_ atau elektabilitas yang berbeda di mata Allah dan warga lain (malaikat dan para kudus) yang ada di sana.
Allah dan “warga Surga” memberi penilaian seperti ini:
- Sikap doa yang diwakili oleh orang Farisi, dinilai sebagai sikap doa orang sombong yang sok suci, sok benar, sok pandai dan suka sok-sok-an.Oleh Allah dan “penghuni di sana” menganggap mereka sebetulnya tidak sedang berdoa, tetapi lebih menonjolkan dan memamerkan, siapa mereka di mata para pemungut cukai?
- Padahal, kata-kata bertuah dari Amsal sudah berulang kali mengingatkan mereka, Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat” (Ams 8:13).
- Namun, petuah bermakna ini, tak mengakar dalam sikap hidup mereka. Apakah mereka kurang membaca dan merenungkan Firman Allah? Kita tidak tahu! Nah untuk sikap doa seperti mereka ini, mendapat nilai zonk.
- Sikap doa orang pemungut cukai, dari hasil examen Allah dan “warga-Nya” di sana, menilai bahwa inilah sikap doa orang benar.
- Mengapa? Karena mereka tidak pernah menganggap dirinya sama seperti Allah. Mereka adalah pendosa yang tak berdaya di hadapan Allah. Mereka melihat, ada jarak antara mereka dan Allah. Dan tidak heran apabila sikap mereka dalam doanya seperti, gemetaran dan takut memandang Allah.
Sangat mungkin mereka telah membaca dan merenungkan nas lama bertuah yang berkata, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah (Kel 3:6) dan “Engkau tidak tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup” (Kel 33:20).
Orang yang merasa dirinya sebagai orang berdosa di hadapan Allah sering disebut orang yang rendah hati. Dan sikap doa yang diperagakan oleh pemungut cukai merupakan sikap rendah hati. Dan katanya, “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Ams 22:4).
Renungan: Dari hasil liputan Wartawan bernama Tuhan Yesus ini, kita sudah bisa membuat pilihan dan kesimpulan sendiri. Seperti apa sikapku dalam hidup nyata dan dalam hidup doa di hadapan Allah?
Tuhan memberkati.