Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Firman Tuhan Memerdekakan Manusia, Yoh 8:31-42

0
1,825 views
Ilustrasi (Ist)

TATKALA orang berandai-andai soal relasi manusia dengan Tuhan seperti ini, “Seandainya kita ikut dan taat dengan firman Allah, barangkali dosa akan lelap tertidur dan terkubur, maka semua hidup pasti beres.”

Namun faktanya sikap hidup kita malah seringkali frontal terhadap firman Allah itu sendiri. Kita saling ngotot-ngototan satu sama lain.

Sikap hidup kita yang tidak puas, selalu mau bersaing dengan Tuhan, telah membuat hidup kita menjadi serba tidak tenang. Bahkan ada juga yang merasa hidup belum begitu bermakna bila orang belum selevel dengan Tuhan.

Kendati Tuhan Yesus menasehati supaya hidup manusia berjalan seturut firman-Nya tetapi, entah mengapa manusia merasa hal itu belum cukup untuk direspon. Bukankah dulu petuah Pemazmur pernah berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119:105)?

Bahkan lebih lantang dia mengatakan, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.” (Mzm 119:130).

Orang bodoh seperti kita, membutuhkan firman Tuhan supaya hidup kita ini dituntun menuju kebenaran dan kebenaran Allah bisa memerdekakan hidup kita dari dosa.

Perdebatan Tuhan Yesus dengan ulama-ulama Yahudi mengenai “firman Allah yang bisa memerdekakan hidup manusia”, belum terjawab dan teraplikasi dengan baik dalam kehidupan kongkrit ulama-ulama Yahudi.

Hal ini bisa dilihat dari nada argumentasi mereka yang tidak sambung dengan ide Tuhan Yesus. Apakah ulama-ulama Yahudi ini, sebodoh itu?

Kita ragu, mereka paham  soal itu tetapi, mereka sengaja abaikan atau pura-pura bodoh, sebab nafsu yang sedang bergejolak di hati mereka saat itu adalah mau menghabisi Yesus.

Memang kalau hidup manusia dipenuhi rasa iri hati, benci dan tamak, maka semua  yang di luar dia akan dia anggap sebagai musuh.

Rasul Yakobus berkata, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” (Yak 3:16).

Di zaman kita, penyakit iri hati, benci, tamak, dan mementingkan diri masih tumbuh subur di antara kita. Kita belum betul-betul merdeka dari penyakit ini. Kita tidak tahu, kapan ini semua berakhir atau apa resep yang baik untuk mengobati penyakit ini.

Apotik dan dokter rumah sakit belum bisa  mengeluarkan resep yang ampuh demi mengobati penyakit model gini.

Kemana mencari resepnya?

Renungan: Apakah firman Allah bisa menjadi resep sekaligus obat yang ampuh untuk melumpuhkan penyakit ini?

Apau Kayan, 10.04.2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here