Eskapisme

0
187 views
Ilustrasi: Mencari arah baru. (Ist)

Minggu, 18 April 2021

Bacaan I: Kis 3:13-15.17-19
Bacaan II: 1Yoh 2:1-5a
Injil: Luk 24:35-48

“JANGAN merusak hidupmu,” kata seorang bapak kepada teman anaknya yang setiap hari mabuk-mabukan.

“Saya hanya ingin bapak dan ibuku tahu, bahwa saya kecewa dengan sikap mereka yang selalu keras padaku dan bersikap tidak adil denganku,” kata anak itu.

“Namun bukan begini caranya, terlalu mahal harganya untuk hidupmu,” kata bapak itu.

“Saya tidak peduli lagi, Pak,” jawab anak itu.

“Tidak ada gunanya bagimu melampiaskan dendammu dengan mabuk-mabukan seperti ini. Setiap masalah pasti bisa diselesaikan dengan baik,” kata bapak itu.

“Saya sudah pernah mencoba tapi sia-sia, dan sekarang saya telah banyak membuat kesalahan, rasanya malu untuk pulang,” kata anak itu.

“Mereka menantimu dan akan menerimamu kembali, jika kamu benar-benar mau berubah,” kata bapak itu.

“Rasanya berat sekali untuk pulang. Biarlah saya pergi saja. Jika saya sudah jadi orang yang baik, baru saya akan pulang,” kata anak itu.

“Kamu sudah menjadi anak yang baik, ketika kamu bisa menyadari kesalahanmu dan berani bertanggungjawab dengan apa yang telah kamu lakukan,” kata bapak itu.

Rasanya terlalu gampang bagi kita untuk melarikan diri, ketika menghadapi kesulitan dan ketidaknyamanan dalam hidup.

Untuk bertahan dalam permasalahan yang diwarnai aneka kesulitan dan kesusahan sungguh memerlukan kekuatan batin yang besar.

Bukankah kesetiaan hidup sering kali diuji dalam situasi yang berat dan tidak menentu?

Namun kita cenderung mau cepat pergi meninggalkan kekacauan dan penderitaan untuk mencari ketenangan.

Padahal dalam kekacauan, sering kali kita bisa belajar banyak tentang ketabahan dan keteguhan hidup.

Para murid yang meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Emaus menjadi gambaran kita semua yang dalam kesusahan mudah menyerah dan pergi mencari tempat yang aman.

Namun perjumpaan mereka dengan Tuhan di tengah jalan itu menegaskan, jangan tinggalkan Tuhan sendiri mati di salib. Jangan tinggalkan Yerusalem.

Jangan menjadi orang yang kalah dan hidup dalam kekecewaan.

Kembalilah ke Yerusalem. Bawalah semangat baru. Tuhan sungguh telah bangkit.

Apa yang mendorong perilaku hidup kita, kekecewaan atau kebahagiaan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here