Gara-gara Pusat Data di Singapura, BRTI Ancam Hentikan Layanan BBM

0
1,115 views

SETELAH kasus antrean guna bisa  mendapatkan diskon gede di acara launching penjualan produk Blackberry mutakhir namun malah makan korban, kini Research in Motion (RIM) –produsen BB asal Kanada ini—kembali diguncang ancaman baru. Sebelumnya, direktur RIM di Indonesia dikenai larangan meninggalkan Jakarta gara-gara kasus antrean  massal dalam program diskon gede tersebut. Yang terakhir, RIM akan diganjar”hukuman” bila tak mau membangun server di Indonesia.

Ancaman terakhir ini pastilah akan membuat banyak pengguna BB di Indonesia yang jumlahnya hampir 5 juta orang  akan kelimpungan. Ini gara-gara, layanan BIS dan BBM-nya bisa macet karena tidak mendapatkan dukungan perlindungan hukum dan sarana teknis pendukung lainnya.

Ancaman seperti ini sebenarnya bukan hal baru, sejak Menkominfo Tifatul Sembiring sejak tahun lalu juga sudah mengancam RIM agar segera membangun server di sini demi tujuan bisa mengakses data pelanggan BB. Namun entah kenapa, permintaaan itu selalu kandas di lapangan.

Buktinya, RIM justru membangun server-nya di negeri jiran antara lain Singapura dan inilah yang membuat pejabat Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) meradang keras hingga ujung-ujungnya keluar ancaman terbaru. Heru Sutadi –nama sang pejabat BRTI ini— lalu mengancam akan menghentikan layanan BIS dan BBM

Heru punya alasan, RIM punya pangsa sangat gede di Indonesia. Katanya kepada Kompas.com, pengiriman BB ke Indonesia bisa mencapai angka 9 juta keping. Heru lalu menghitung: kalau 3 juta rupiah dibelanjakan untuk 1 unit BB, maka RIM akan mengeruk untung sebesar Rp 15 triliun. Belum lagi kalau ada layanan BIS/BBM dengan ongkos pukul rata –katakanlah Rp 100 ribu—maka dalam sebulan transaksi RIM bisa menembus angka Rp 300 miliar per bulan.

Gede bukan? Heru Sutadi makin marah, ketika RIM diberitakan telah membangun pabriknya di Malaysia dan mendirikan server-nya di Singapura. “BlackBerry lebih disukai di Indonesia, tetapi malah dibangun server di Singapura dan membangun pabrik di Malaysia. Kita seperti diinjak-injak RIM,” katanya seperti dikutip Kompas.com.

Pertanyaannya, layakkah seorang pejabat BRTI seperti Heru Sutadi ini marah? Dan kenapa hanya BB yang terkesan dihajar dengan gertakan ini?

Kepada The Jakarta Globe, Managing Director RIM untuk Asia Mr. Gregori Wade mengaku terkejut bukan kepalang dengan ancaman terbaru yang sebenarnya juga enggak heboh-heboh amat, karena sebelumnya issue sama juga pernah digemborkan oleh Menkominfo Tifatul Sembiring. Menurut dia, pertemuan dengan para pejabat Indonesia tanggal 8 Desember lalu berlangsung sangat positif dan konstruktif, tapi kok tiba-tiba “pelor baru” sepertinya diledakkan lagi.

Dalam sebuah pernyataan resminya merespon kehebohan ini, RIM hanya berujar: “Kami berharap akan tetap bisa bekerja sama dengan otoritas yang berwenang di Indonesia dan semua pihak bisa puas dengan apa yang dimaui,” bunyi pernyataan itu tanpa rincian lebih lanjut.

Kalau saja “pertikaian” ini berujung pada vonis hukuman keras bagi RIM, tentu saja yang paling rugi adalah para konsumen BB karena layanan BBM-nya dikandangkan.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here