Puncta 11 Mei 2025
Minggu Paskah IV
Yohanes 10: 27-30
WARISAN Paus Fransiskus yang masih relevan kita renungkan adalah Ensiklik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil).
Paus mengajak para pewarta Injil agar memiliki sukacita yang besar dan bersemangat seperti Gembala yang blusukan sampai “prengus” berbau domba.
Bau “prengus” dari domba-domba yang berkeliaran di ladang mesti menjadi parfumnya para gembala. Jika tidak, gembala pasti jauh dari domba-dombanya. Gembala yang berbau domba berarti gembala itu dekat dengan kawanan.
Gembala hidup bersama kawanan domba. Ia menjaga dan menjamin keselamatan kawanan, bahkan rela mengorbankan diri demi kesejahteraan kawanan. Ia akan menjamin keamanan para dombanya.
Karena dekatnya, para domba mengenal suara dan gerak gerik gembalanya. Mereka akan mendengarkan suara dan mengikuti langkah sang gembala.
Mereka merasa nyaman dekat dengan gembalanya. Tidak ada ketakutan atau kekawatiran karena gembala menuntun domba-domba ke rumput hijau.
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya,” kata Yesus Sang Gembala.
Jaminan keselamatan inilah yang dijanjikan Yesus kepada kita. Kita sebagai domba-domba akan aman jika mengikuti gembala yang peduli dan care bagi dombanya.
Dalam pertemuan dengan para pastor paroki dan vikaris paroki, Bapak Uskup mengajak para imam untuk meneladan Yesus sebagai Gembala yang baik.
Semangat yang bisa dikembangkan dalam pelayanan adalah murah hati, dekat dengan umat, mau mendengarkan, dan siap melayani.
Mari kita kembangkan pelayanan yang murah hati bagi para domba, agar mereka merasa aman dan nyaman tinggal bersama kawanan.
Yesuslah teladan kita. Dia rela mati demi keselamatan domba-domba-Nya.
Gembala berbau domba,
Mau dekat bersama mereka.
Pastor itu bukan penguasa,
Dia pelayan bagi umat-Nya.
Wonogiri, melayani dengan hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr