Gereja Stasi St. Fransiskus Assisi Silva Rahayu, Tanjung Selor: Keberagaman Jadi Kekuatan Beragama

0
600 views
Umat Stasi Silva Rahayu menyambut kedatangan Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF jelang peresmian Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu. (Angel Li)

KISAH tanggal 17-18 Mei 2022 berlangsung di Desa Silva Rahayu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Kaltara.

Silva Rahayu adalah nama kawasan Hutan Lestari – tempat terjadinya keberagaman hidup. Desa Silva Rahayu ini terletak di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara atau Kaltara.

Awalnya, kawasan permukiman penduduk ini dulunya merupakan sebuah wilayah Unit Permukiman Transmigrasi (UPT).

Warga penduduknya campur, multi-etnik. Ada yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur dan transmigran lokal dari Suku Tidung, Kabupaten Bulungan.

Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF sambut kedatangan Wakil Bupati Kabupaten Bulungan Ingkong Ala di lokasi peresmian Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu. (Angel Li)

Ganti nama

Tempat yang sebelumnya bernama UPT VI Salimbatu ini kemudian berubah nama menjadi Silva Rahayu yang berarti Hutan Lestari.

Stasi Silva Rahayu merupakan salah satu stasi di Paroki Santa Maria Assumpta Katedral, Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara.

Umat Katolik di desa ini mayoritas berasal dari NTT. Jumlah mereka pada tahun 1992 sekitar 100 KK dan terus berkembang hingga sekarang.

Tantangan utama justru berasal dari kalangan internal itu umat. Karena mereka ini berasal dari daerah, suku, bahasa, budaya dan karakter yang berbeda.

Namun perbedaan dapat diatasi dengan berjalan bersama, saling mendukung demi kepentingan bersama.

Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu dan para tamu undangan yang berkenan hadir ikut menyaksikan prosesi peresmian gereja stasi yang baru. (Angel Li)

Membangun gereja stasi

Seperti halnya pembangunan Gereja yang diresmikan hari Rabu tanggal 18 Mei 2022 ini.

Awal munculnya wacana pembangunan Gereja permanen dimulai tahun 2005, saat itu jumlah umat terus bertambah. Pada tahun 2013 dibentuk panitia dan terbit SK dari Pastor Paroki.

Panitia pun mengajukan proposal ke pemerintah daerah yang kemudian memberikan dana dua kali, dengan total dana sebesar Rp 850 juta.

Selain itu, pembangunan juga didukung oleh dana dari paroki dan stasi, sumbangan umat, serta biaya swadaya umat dalam bekerja. Umat sukarela bekerja tanpa dibayar.

Dukungan ini sangat berpengaruh dalam tuntasnya pembangunan Gereja.

Wakil Bupati Kabupaten Bulungan, Provinsi Kaltar: Ingkong Ala saat memberi sambutan usai peresmian Gereja St. Fransiskus Assisi Stasi Silva Rahayu. (Angel Li)

Peresmian Gereja Stasi Silva Rahayu

Kehadiran Gereja Katolik di Stasi Silva Rahayu disambut baik oleh masyarakat. Bahkan juga oleh saudari-saudara dari agama lain.

Terlihat jelas sukacita dan dukungan dalam perayaan peresmian gereja yang juga dihadiri oleh:

  • Para Kepala Desa sekitar.
  • Bapak Wakil Bupati Bulungan dan tim.
  • Ketua FKUB Kabupaten Bulungan.
  • Ketua FKUB Tanjung Palas Tengah.
  • Pemda lokal antara lain: aparat, pengurus Gereja, dll.
Wakil Bupati Kabupaten Bulungan di Provinsi Kaltara Ingkong Ala dan Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF meresmikan Gereja St. Fransiskus Assisi Stari Silva Rahayu. (Angel Li)

Meskipun jalan menuju ke desa ini tidaklah mudah, karena beberapa titik longsor dan rusak parah, namun tidak menghalangi para undangan untuk datang.

Uskup Keuskupan Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla MSF bersama Wakil Bupati Bulungan Bapak Ingkong Ala SE, MSi menggunting pita peresmian Gereja Stasi St. Fransiskus Assisi Silva Rahayu.

Sebelum menggunting pita, Bapak Ingkong Ala berucap, “Kami resmikan gereja ini dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Semoga Tuhan memberkati umat dalam Gereja ini.”

Pesan toleransi bergama para pemimpin

Ketua Stasi Maximus Boy Nggaro membuka pidato dengan menyambut kedatangan seluruh hadirin.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Silva Rahayu, Bapak Mustofa mengatakan: “Mudah-mudahan diresmikannya gereja ini akan membangun toleransi antar umat beragama. Tempat ibadah dibangun bukan sekadar simbolis, tetapi untuk membangun silahturahmi satu sama lain.”

Kepala Desa juga mengingatkan agar umat Katolik yang masih ogah-ogahan ke gereja harus lebih semangat lagi. Pesan ini disambut para hadirin dengan tepuk tangan.

Sementara itu, Mgr. Paulinus Yan Olla,MSF dalam kesempatan ini mengatakan, desa yang kecil ini mencerminkan kebhinnekaan Indonesia. Seperti “Indonesia” mini.

Bapa Uskup terkesan akan sambutan dari saudari-saudara Muslim serta agama lain yang ikut mengambil bagian dalam perayaan.

Mgr. Paulinus berpesan, hal ini sangat penting saat ini menggunakan keberagaman, tidak hanya menerima keberagaman dalam agama Katolik sendiri. Namun, juga merawat seluruh kesatuan kita; dengan sungguh-sungguh melanjutkan apa yang sudah diperjuangkan sebagai bangsa.

Sambutan umat Stasi Silva Rahayu, Kabupaten Bulungan, Kaltara yang merupakan stasi Paroki Katedral Tanjung Selor. (Angel Li)

Bapak Wakil Bupati Ingkong Ala dalam sambutannya menekankan hal berikut.

“Dalam bahasa Yunani, ‘gereja’ artinya sekumpulan orang yang percaya akan Yesus Kristus,” ungkapnya.

Gereja sebagai bangunan rohani ini bukan sekadar bangunan infrastruktur. Gereja memampukan diri sebagai umat-Nya, sebagai pribadi yang utuh, berkualitas dalam iman dan mampu mengabdikan diri, tidak hanya untuk kaum komunal namun bagi seluruh kehidupan umat beragama tanpa terkecuali.

Ia mengajak seluruh jajaran umat Katolik menyatukan tekad dan semangat serta iman untuk membangun. Pembinaan dan pembangunan di bidang keagamaan di Bulungan, tambahnya, memiliki kedudukan dan peran sangat penting. “Sebagai bagian dalam upaya meletakkan landasan moral dan spiritual,” tegasnya.

Sambutan super semangat dari umat lintas agama di Silva Rahayu dan umat Katolik Stasi. (Angel Li)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here