Goyah Iman dan Jalani Ritus Komunitas Lain, Lalu Balik Lagi ke Gereja Katolik

0
464 views
Ilustrasi: Perayaan Ekaristi. (Mathias Hariyadi)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Rabu, 23 Juni 2021

Tema: Sesat atau cara lain

  • Bacaan Kej 15: 1-12, 17-18
  • Mat. 7: 15-20.

HIDUP itu suatu pilihan. Betul. Ada saat di mana kesadaran baru muncul pada tahap tertentu.

Masa muda itu gue banget. Asyik dengan diri sendiri. Kadang sibuk, tanpa tujuan.

Yang penting asyik. Tidur malam-malam, bangun siang, keluar kamar makan, bermalas-malasan lagi di kamar.

Bagaimana orangtua atau yang lain? Peduli amat. Emang gue pikirin.

Ada sedikit kecenderungan semau gue. Ngapain lu atur gue. Emang lu siapa. Gua tak ngerecokin lu. Kenapa loh. Loh nantang. Ini hidup gue.

Ajakan

“Ikut yuk. Seru loh ibadahnya. Sukacita. Penuh gembira. Sorak-sorai. Nggak ngantuk dan pembawa acaranya oke,” kata temanku.

Jauh dari orangporang tua, merantau demi pendidikan yang lebih baik, banyak hari-hari sepi, malam-malam kegelisahan. Tidak banyak teman. Di sekolah, pergaulan formal, bersaing, belum bersahabat.

Hari-hari sepi sendiri. Terkenang kampung halaman bersama orangtua dan saudara-saudari.

Semua dimudahkan. Makan tinggal makan; banyak teman dan suasana hangat di rumah.

Rasa malu, takut, kecewa dan kangen adalah ekspresi kesendirian dan hampa. Semua serba sendiri. Kesepian tiada henti.

Di saat-saat itu, Gereja menjadi sebuah penghiburan dan pelarian. Ikut banyak kegiatan, uang makan bisa irit. 

Aku terbiasa bersama orangtua pergi ke gereja, mengikuti ekaristi. Oleh Gereja diajari cara berdoa: lebih banyak menutup mata; menjaga keheningan; mendengarkan Sabda Tuhan adalah saat-saat penting.

Komuni adalah saat-saat yang indah. Dengan bangga, menuju altar, mungkin melihat sana-sini atau kadang bersikap agak lebih santun untuk menerima Tubuh dan Darah Yesus.

Kadang liturgi Gereja monoton, kering dan membosankan.

Tertarik dengan ajakan teman. Saya ikut.

Ibadahnya menarik. Banyak anak muda. Kami berdoa khusuk. Pujian-pujian sungguh mengelorakan jiwa. Kadang ada saat tersentuh, menangis.

Di saat itu seorang datang, memegang pundak, meneguhkan; bahkan merangkul dan membiarkan air mata menetes. Sementara lagu-lagu pujian terus dinyanyikan.

Saat pendamaian itu, kesadaran digugah, betapa Tuhan itu baik, sangat baik dan mencintai.

Kami disambut dengan ramah oleh seorang kakak muda dan bule cantik. Ia menyalami dan memeluk. Sebuah pelukan kasih.

Luar biasa.

Saya mengikuti peribadatan mereka, namun tetap ber-Ekaristi.

Saya berada di dua “rumah” berbeda. Tiga tahun kualami. Saya jadi bingung, manakah Gereja Tuhan yang benar?

Saya ingat perkataan orangtua, “Le, tetaplah rajin ke gereja. Berekaristi setiap pekan. Jangan tergoda dengan apa pun dan oleh siapa pun”.

Saya pun kembali ke pangkuan Gereja katolik.

Mereka menamakan diri sebagai gerakan baru, Gereja COG, Children Of God. Beberapa tahun kemudian, komunitas ini dilarang eksis.

Betapa menyenangkan. Begitu datang disambut dengan senyuman, bersalaman dengan akrab dan pelukan kecil dan lembut. Kadang disediakan makanan kecil dan teh manis atau coke.

Apakah pengalaman di komunitas lain dapat diperhitungkan sebagai ungkapan iman sesat?

Atau sebuah cara yang berbeda? Bdk Kej 15: 6b.

Yesus memperingatkan dengan jelas.

“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah, kamu akan mengenal mereka.” ay 15-16a.

Saya semakin disadarkan akan hal ini.

“Paroki bukanlah lembaga usang. Paroki sungguh terkait dengan rumah dan kehidupan umatnya. Dan tidak menjadi struktur yang tak berguna di luar kontak dengan umat atau sekelompok orang pilihan yang hanya memperhatikan diri mereka sendiri.

Paroki-paroki belum cukup membawa dirinya lebih dekat kepada umat, untuk menjadikan mereka lingkungan yang menghayati persekutuan dan partisipasi serta membuat mereka sungguh-sungguh berorientasi pada pengutusan.” Lih Evangelii Gaudium (23).

Tuhan, Engkau sabar membentuk dan membimbingku. Kubersyukur pada-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here