Gua Maria Tritis, Gunung Kidul, DIY: Lima Uskup Ikuti Jalan Salib di Gua Maria Perantara Wahyu

0
2,123 views
Lima uskup mengikui Prosesi Ibadat Jalan Salib di Gua Maria Tritis di Gunung Kidul,, DIY. (Ist)

LIMA orang uskup mengikuti dan memimpin prosesi ibadat Jalan Salib di Gua Maria Perantara Wahyu yang populer dikenal sebagai Gua Maria Tritis.

Lokasi gua alam dengan tektur stalaktit dan stalakmit di kawasan perbukitan ini berlokasi di Dusun Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul, DIY.

Acara ibadat Jalan Salib itu terjadi pada hari Senin (20/5), mula petang hari hingga malam.

Jalan kaki sejauh 1 km

Prosesi ibadat Jalan Salib dengan menempuh perjalanan satu kilometer dengan melintasi perbukitan karst (kapur)khas Gunung Kidul dan dilanjutkan Perayaan Ekaristi syukur malam harinya.

Itu dilakukan guna menandai diresmikannya hasil pembangunan beberapa fasilitas pendukung bagi para peziarah Gua Maria.

Pembangunan fasilitas itu terdiri dari akses baru jalan salib, 14 patung di tiap “stasi” pemberhentian, bangunan aula, bangunan ruang transit, dan bangunan MCK.

Lima orang uskup

Lima uskup itu adalah:

  • Uskup Agung KAS Monsinyur Robertus Rubyatmoko.
  • Uskup Keuskupan Denpasar Monsinyur Sylvester San.
  • Uskup Keuskupan Purwokerto Monsinyur Christophorus Tri Harsana.
  • Uskup Keuskupan Bandung Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin OSC.
  • Uskup Agung Keuskupan Agung Pontianak Monsinyur Agustinus Agus.
  • Enam pastor yang bertugas di tiga Paroki di Kabupaten Gunungkidul juga ikut serta.
  • Plus seribu perwakilan Umat Katolik di Gunung Kidul.
  • Lalu umat Katolik luar kota dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Jawa Tengah, Bandung dan Bali juga turut hadir mengikuti Perayaan Ekaristi yang berlangsung di dalam gua karst yang masih asri.
Perayaan Ekaristi syukur di Gua Maria Tritis.

Iman akan Yesus Kristus

Uskup Keuskupan Agung Semarang Monsinyur Rubiyatmoko menegaskan, esensi iman katolik akan tempat peziarahan seperti Taman doa, Sendang Maria, atau Gua Maria itu memang akrab bagi umat katolik. Menurutnya, Gua Maria menjadi tempat meneguhkan iman akan Tuhan Yesus.

Bunda Suci Maria, lanjut Uskup, adalah sang teladan konkret bagi Umat Katolik untuk selalu dekat dengan Tuhan Yesus.

Romo Bambang Ponco Sukamat SJ (kiri) bersama Mgr. Robertus Rubiyatmoko dan Romo Kuntoro Adi SJ, teman angkatan Romo Ponco sejak di Semiinari Mertoyudan tahun 1976.

“Dari kerelaan Maria sebagai pribadi yang terutus Tuhan sebagai Bunda Yesus melalui kabar gembira para malaikat, kesetiaan Maria dalam mendampingi membesarkan Yesus hingga kesetiaan Maria tetap berada dekat dengan puteranya saat menghadapi kesengsaraan di kayu Salib. Tiap datang ke tempat peziarahan, kita berdoa mohon kepada Allah Bapa dan Bunda Maria agar semakin dekat dengan putranya Tuhan Yesus,” ujar Monsinyur brengosan ini.

Mgr. Rubiyatmoko menilai tepat nama Gua Maria Pengantar Wahyu di Singkil. Menurutnya, Gua Maria tempat menumpahkan berbagai harapan baik bagi umat dan dunia.

“Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria syarat dengan tempat yang aman, teduh, nyaman, tenang, damai dan penuh kegembiraan. Kepengantaraan Bunda Maria inilah iman kita bisa sampai pada Tuhan Yesus.

Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria selalu dikaitkan dengan Jalan Salib,” tambahnya sembari mengajak Umat Katolik merawat gua asri di perbukitan karst di Gunung Kidul.

Penataan yang terus dilakukan Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam beberapa tahun terakhir atas prakarsa dan kerja keras Romo Simon Petrus Bambang Ponco Santosa SJ semenjak imam Jesuit dari Magelang ini saat bertugas di Paroki Wonosari.

Gagasannya menata Gua Maria yang ramai dikunjungi Umat Katolik setiap hari Minggu, Bulan Mei dan Bulan Oktober kini telah mencapai 98 persen.

Ini berkat dukungan penuh Komunitas Paguyuban Emmaus Jakarta dan beberapa pihak lainnya.

Kini hasil kerja pembangunan oleh Romo Ponco yang telah berpindah tugas di Jakarta saat ini dilanjutkan Romo Paroki Wonosari Mikael Irwan Susianta SJ.

Paguyuban Emmaus

Herman, penggiat Komunitas Paguyuban Emmaus, menyatakan harapan Gua Maria Pengantara Wahyu lebih representatif bagi umat dalam ziarah dan doa. Pihaknya memberi apresiasi berbagai pihak yang telah menyumbangkan tenaga, waktu, dan bantuan material maupun imateriil atas terwujudnya pembangunan fasilitas yang diharapkan umat.

Meskipun hasil kerja bersama telah diserahterimakan umat Paroki Wonosari, paguyuban doa Emmaus masih sanggup melibatkan diri sampai benar-benar sempurna.

“Pembangunan sarana fasilitas kali ini terbilang pekerjaan paling besar selama pembangunan berjalan periodik.

Pembangunan fasilitas Jalan Salib di Gua Maria Tritis.

Prosesnya juga panjang tidak sekadar membangun fisik, tetapi dari pembebasan lahan, sampai proses sertifikasi puluhan lahan hingga pembangun menyentuh kasadaran umat dan warga masyarakat setempat,” tambah FX Endro Tri Guntoro.

Menurut Endro, pembangunan tempat ini bukan membuat tempat eksklusif bagi Umat Katolik.

“Tetapi, seperti dipesankan para romo dan uskup, tempat ini harus inklusif (terbuka) untuk semua umat beriman baik tujuan hendak berdoa atau sembahyang, meditasi, dan berbagai ruang perjumpaan bersama, perjumpaan dengan Tuhan dan alam semesta,” pungkas Ketua Bidang Pelayanam Kemasyarakatan Paroki Wonosari sebelumnya melaksanakan penanaman pohon kelor dan buah-buahan oleh tokoh lintas agama.

Prosesi ibadat Jalan Salib di Gua Maria Tritis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here