Strong personal character should manifest itself in service to organizations and communities and in courage in public life. The moral crisis of our time means more and more people lack the liberating self-mastery that allows them to commit and serve with an independence and integrity befitting a free people.
The Moral Crisis oleh Walter Nicgorski
INDONESIA tahun 1998 di bulan Mei merupakan salah satu contoh peristiwa yang mampu menghentak dan menyadarkan seluruh lapisan masyarakat, betapa dalamnya kemerosotan moral bangsa ini. Seperti api yang muncul dari dalam sekam, sulit sekali dipadamkan.
Sudah beberapa tahun telah lewat berlalu sejak peristiwa tahun 1998 meledak. Namun, kerusakan yang disebakan oleh peristiwa tersebut belum juga dapat disembuhkan, pembenahan terjadi di sana-sini, namun proses perbaikannya berjalan sangat lambat.
Pertanyaan gugatan
Mendadak sontak di benak saya lalu muncul berbagai pertanyaan gugatan. Sebagai guru, saya dihentak oleh beberapa pertanyaan seperti berikut: Apa yang telah diajarkan oleh para guru, sehingga ketika para siswa menjadi mahasiswa, mereka lebih senang duduk di tengah jalan menuntut keadilan daripada duduk di dalam kelas mendengarkan kuliah?
Apa yang telah diajarkan oleh para guru, sehingga menghasilkan para penegak hukum yang seharusnya melindungi warganya tetapi malah membunuh para mahasiswa yang sedang menuntut keadilan?
Apa yang telah diajarkan oleh para guru, sehingga menghasilkan para pembela yang lebih suka membenarkan hal yang salah dan menyalahkan hal yang benar?
Apa yang telah diajarkan oleh para guru, sehingga seorang hakim mudah dibutakan oleh uang sehingga lebih berpihak pada yang salah daripada berpihak pada yang benar?
Kenangan buruk atas Peristiwa Mei 1998
Jika saya kembali mengenang Indonesia tahun 1998, keadaannya sungguh kacau balau. Anak-anak di Taman Kanak-kanak tidak lagi belajar bernyanyi, menari, dan menggambar. Saat itu mereka belajar bagaimana cara menyelamatkan diri, jika seandainya sekolah mereka mendapat giliran menjadi sasaran bom-bom Molotov. Saat itu, saya menekuni profesi menjadi guru di sebuah sekolah katolik di bilangan Serpong, Tangerang Selatan.
Sungguh pemandangan dan pengalaman yang sangat menyedihkan dan menggores teramat sangat dalam. Seluruh dunia menuduh bangsa Indonesia sebagai bangsa tidak bermoral karena gampang mengeksekusi kekesalan hati melalui jalan kekerasan. (Bersambung)
Ancilla Martuti Kuntoro, sarjana Pendidikan MIPA dan master bidang Sains Pendidikan lulusan Universitas Indonesia (2007) yang senang mengajar dan kini menjabat direktur research and development di sebuah sekolah di Serpong, Tangerang Selatan.
perlu di utamakan dialog yang sehat, karena selama ini kaum minoritas jarang sekali diajak berdialog, hanya tokoh” terkemukanya saja, namun tidak menyentuh ataupun menjadi suatu sandaran bagi mereka…