Kamis 31 Agustus 2023.
- 1Tes. 3:7-13.
- Mzm. 90:3-4,12-13,14,17.
- Mat. 24:42-51.
SEGALA sesuatu yang terjadi atas hidup kita ada dalam kendali Tuhan.
Sekalipun banyak tantangan yang kita hadapi, semuanya terjadi dalam kendali Allah. Tidak ada sesuatu terjadi secara kebetulan.
Tuhan tidak akan membiarkan sesuatu terjadi dalam hidup kita tanpa seizin-Nya
Meski demikian, banyak hal dalam ini menuntut kita manusia selalu siap dan berjaga-jaga, karena rencana Tuhan sungguh mesteri dan tidak seorang pun bisa mengetahui dengan pasti.
Maka untuk menyiapkan kedatangan Tuhan pada akhir zaman, kita pun harus berjaga-jaga, karena tidak tahu kapan saat itu datang.
Kita tidak tahu berapa lama akan hidup, tidak tahu sampai kapan sejarah manusia ketika Akhir zaman tiba.
Kita tidak bisa acuh-tak-acuh, tetapi harus siap ketemu Tuhan, bertindak benar, dan memiliki suara hati jernih.
Kita perlu menyadari seolah-olah setiap hari merupakan akhir hidup kita, seolah-olah kebahagiaan kekal tergantung pada pilihan dan tindakan kita hari ini.
Setiap saat adalah berharga dan penting di mata Allah dan satu hal yang perlu adalah bekerja untuk memperoleh keselamatan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.”
Yesus menyampaikan sabda-Nya untuk membantu kita memiliki sikap mawas diri, bukan karena adanya bahaya tetapi bersikap untuk menyambut kedatanga-Nya.
Mengapa diperlukan sikap ini? karena kedatangan-Nya tidak dapat ditentukan, kapan waktu yang pasti.
Sikap berjaga yang ditekankan Yesus adalah kemampuan kita untuk selalu berada dalam gerakan putaran kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah menghendaki agar kita tetap beriman dan mengikuti kehendak-Nya setiap hari, karena inilah jalan menuju kesucian dan kesatuan dengan-Nya.
Kita kadang merasakan bahwa Allah terasa jauh dan tidak terlibat dengan kehidupan kita, sehingga kita acuh-tak-acuh dan tidak berpikir terhadap kedatangan-Nya.
Membarui iman, selalu menyenangkan hati Allah, hidup menurut kehendak-Nya, itulah cara menyambut kedatangan-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menempatkan Allah sebagai pusat kehidupanku?