Kamis, 25 Agustus 2022
- 1Kor. 1:1-9.
- Mzm. 145:2-3,4-5,6-7.
- Mat. 24:42-51.
SETIAP orang pasti ingin memilih menjalani kehidupan yang baik.
Karena semua orang meyakini bahwa hidup yang baik adalah pilihan hidup yang benar-benar layak untuk dijalani, yang pada akhirnya mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan bagi banyak orang.
Namun kadang kita merasakan betapa sulitnya menjadi orang baik. Banyak tantangan dan kesulitan, yang datang baik dari luar diri kita maupun dari dalam diri kita.
Bahkan kadang ketika kita bergulat dengan masalah, kita merasakan bahwa Allah terasa jauh dan tidak terlibat dengan kehidupan kita.
Seorang bapak begitu kecewa, karena tabungan yang dia simpan di sebuah koperasi terancam hilang tidak bisa dikembalikan karena terjadi permasalahan di koperasi itu.
“Saya mengumpulkan uang itu dari sepeser demi sepeser untuk tabungan masa depan, tetapi tiba-tiba menerima kabar seperti ini,” katanya penuh sesal.
“Saya dulu menabung di koperasi dengan niat membantu mengembangkan koperasi itu, selain untuk hidup hemat sekaligus jaga-jaga jika ada kebutuhan yang tak terduga dan mendesak,” lanjutnya.
“Saya percayakan sedikit demi sedikit uang yang saya kumpulkan dan saya simpan di koperasi itu,” paparnya.
“Tidak disangka bahwa ada permasalahan yang membuat koperasi ini terancam macet dan kolaps,” ujarnya.
“Saya sudah melakukan yang menurutku benar dan baik namun masih saja saya susah,” keluhnya.
“Kini saya serahkan niat dan tanggung jawab serta moralitas pada para pengurus koperasi itu, apakah mereka mampu memenuhi kewajiban mereka?” tegasnya
Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,
“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”
Masa depan adalah rentetan dari masa lalu, dan saat ini. Untuk menghidupi sebuah masa depan, kita tidak hanya berpangku tangan namun harus berjuang dan berjibaku sejak “saat ini” dan sejak “hari ini”.
Bentuk kehidupan semacam ini ditandai dengan penyerahan dan penempatan diri secara utuh dan penuh ke tangan Allah.
Itulah persembahan hidup ke dalam kehendak Allah yang abadi, dan bukan hanya sekadar rancangan kita yang cuma sementara.
Dengan jalan itu kita bisa menjadi hamba yang didapatinya sedang melakukan pekerjaan yang dipercayakan padanya hingga waktu tuan datang kembali.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sudah berjaga-jaga dan siap sedia menyambut kedatangan Allah dalam hidupku?