Hanya Tuhan yang Mampu

0
533 views
Ilustrasi - Berdoa menyembah Allah. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 20 Juni 2021
Hari Minggu Biasa XII

Bacaan I: Ayb. 38: 1. 8-11
Bacaan II: 2Kor. 5: 14-17
Injil: Mrk. 4: 35-40
 
SUATU ketika saya bertemu dengan isteri kawan saya dalam sebuah acara gereja.

Karena dia datang sendirian -sementara biasanya selalu berdua dengan suaminya, saya bertanya: ”Tumben datang sendiri, suami kemana? Biasanya selalu berdua seperti truk gandeng.”

“Nanti setelah acara selesai aku cerita. Ceritanya panjang,” jawabnya.

“Tetapi kalian baik-baik aja kan gak sedang ribut?” tanya saya penasaran.

“Nggak, nggak, kami rukun dan baik-baik,” jawabnya meyakinkan saya.
 
Pada saat makan malam, setelah acara selesai isteri teman saya itu mengajak saya bicara.

Setelah agak menyingkir dari keramaian dia mulai bercerita: “Wan, sesungguhnya suami sedang di dalam penjara. Kamu kaget kan? Apalagi saya. Bulan lalu kantornya diaudit, nah hasil audit itu ketahuan bahwa ada sejumlah uang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Jumlahnya besar banget, mendengar jumlahnya saja aku sampai gemeteran.

Menurut suamiku, dia dan teman-teman di keuangan tidak pernah tahu soal penggunaan uang itu dan bagaimana uang itu dicairkan.

Suami dan dua orang teman di kantor hanya mencatat pengeluaran dan mengeluarkan uang berdasarkan perintah. Dan uang keluar tercatat dengan rapi.

Kuasa mengeluarkan uang ada di tangan si bos.
 
Beberapa kali, suami dan teman-temannya diperiksa polisi dan semua menunjukkan bukti-bukti yang ada. Tetapi yang tidak dimengerti adalah setelah pemeriksaan yang ketiga. Suami dan dua temannya ditahan, sementara si bos tidak tersentuh.

Jangankan ditahan diperiksa saja tidak.

Wan, bisa dibayangkan betapa hancurnya kami mengalami hal itu. Belum lagi di saat seperti itu banyak yang menawarkan bantuan agar suami dibebaskan, tetapi minta imbalan yang tidak mampu kami penuhi.

Saya selalu bilang ke suami, coba cari bukti-bukti lain yang menguatkan pernyataan kalian.

Tetapi suami selalu bilang, bahwa semua bukti sudah diserahkan dan tidak berguna. A

da kekuatan besar yang dihadapi suami dan teman-temannya.

Suami selalu bilang bahwa yang bisa mengalahkan kekuatan itu hanya Tuhan.

Maka dia selalu mengajak saya untuk berdoa dan berdoa.”
 
Satu bulan kemudian, teman saya menelpon saya: “Wan, terima kasih ya dukungan doa-doamu. Aku sudah keluar dan dinyatakan tidak bersalah.

Wan, ini mukjizat luar biasa dalam hidup kami. Saya sudah pasrah, dan hanya bisa berdoa, karena yang saya dan teman-teman hadapi adalah tembok kekuasan besar. Tuhan, tidak pernah tidur dan tidak pernah meninggalkan serta membiarkan umat-Nya hancur.

Selalu ada pertolongan luar biasa, meski untuk sampai pada saatnya itu butuh perjuangan dan kepasrahan luar biasa.”

“Syukur pada Allah, selamat ya, semoga pengalaman ini menjadi berkat,” jawab saya ikut bersyukur.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus: “Diam. Tenanglah. Lalu angin itu reda, dan danau pun menjadi teduh sekali.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku selalu berpegang pada Allah saat ada badai dalam hidupku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here