Hari Kenaikan Isa Al Masih

0
688 views
Ilustrasi: Kenaikan Tuhan by Time Anddante

HARI Kamis tanggal  30 Mei 2019, sebagian besar umat Kristiani di dunia merayakan Hari Raya Kenaikan Isa Al-Masih, 40 hari setelah hari Minggu Paskah Kebangkitan Yesus, dan karena itu hari Kenaikan Isa Al-Masih selalu jatuh pada hari Kamis.

Disebut “sebagian besar”, karena ada ritus yang merayakannya pada hari berbeda.

Hari tersebut menjadi salah satu hari libur resmi di Indonesia; entah sejak kapan sejarah dimulainya, bersama hanya 10 negara di Eropa yang meliburkannya saat ini: Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Finlandia, Jerman, Luksemburg, Norwegia, Perancis, Swedia, dan negara kecil bernama Vanuatu di Samudera Pasifik Selatan.

Ref: https://www.timeanddate.com/holidays/common/ascension-day

Tanpa pengetahuan tentang hari libur tersebut, saya dalam perjalanan dinas ke Belanda, menyempatkan diri singgah di Roma pada hari Kamis 17 Mei 2007, dan berharap dapat mengikuti misa terbuka peringatan Kenaikan Isa Al-Masih itu bersama Paus Benediktus XVI di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

Saat itu, Paus yang sudah sepuh itu tidak muncul karena lelah setelah perjalanan jauh di Amerika Latin, namun faktanya hari itu tidak libur di Italia walaupun 74,4% penduduknya mengaku beragama Katolik .

Italia bukanlah negara agama, bahkan bisa disebut sekuler,karena memisahkan urusan agama dari pemerintahannya .

Indonesia juga bukan negara agama, namun karena Pancasila, semua hari raya dari 6 agama yang diakui resmi oleh negara: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddhisme, Konghuchu dijadikan hari libur nasional. Namun, apakah hari Kenaikan Isa Al-Masih itu hari raya atau hari peringatan saja?

Pada tahun 2003, hari Kenaikan Isa Al-Masih jatuh pada Kamis 29 Mei, namun dalam kerangka pemikiran hari libur panjang untuk mendorong rekreasi dan turisme, pemerintah kita meliburkannya pada hari Jumat 30 Mei 2003 –seingat saya hanya digeser sekali itu saja–mungkin menganggap hari Kenaikan Isa Al-Masih bisa saja diperingati sehari setelah itu.

Terlepas dari itu, mungkin karena peninggalan dari masa Belanda, umat Kristen (Protestan dan Katolik) di Indonesia yang jumlah pemeluknya sekitar 10% dari total penduduk, mendapatkan warisan hari libur Kenaikan Isa Al-Masih itu sampai sekarang.

Di Filipina, Presiden Duterte menetapkan Hari Raya Idul Fitri sebagai hari libur nasional, untuk 6% penduduk di sana yang Muslim merayakannya secara damai dan harmoni- sesuatu yang sudah dimulai sejak tahun lalu.

Dengan demikian, walaupun jumlahnya minoritas, umat Kristen di Indonesia dan Islam di Filipina mendapatkan pengakuan negara untuk merayakan hari keagamaan masing-masing secara optimal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here