Hati yang Berkobar Menjadi Saksi

0
2,041 views

pantekostaLukisan tentang Pentakosta selalu di sekitar api yang turun diatas para rasul dan kurnia berbahasa, yang membuat mereka dapat berbicara kepada orang banyak. Curahan roh dalam bentuk api, merupakan gambaran akan hati yang berkobar, seperti yang dialami dua murid Emaus. Kemampuan berbahasa, bukan berarti mereka menjadi orang jenius yang menguasai banyak bahasa asing atau kurnia berbahasa lidah yang banyak dialami oleh orang-orang Kharismatik.

Yang dilukiskan pada peristiwa Pantekosta adalah kelahiran Gereja dan pelaksanaan tugasnya. Gereja lahir pada saat para rasul  yang penuh semangat berkobar; berani keluar dari ketakutan mereka dan menjangkau hati semua orang di seluruh dunia. Dalam mewartakan Injil, dalam Kisah Para Rasul, tidak disebutkan bahwa mereka berbicara dalam berbagai bahasa di tempat-tempat dimana mereka pergi. Tetapi kenyataannya, Gereja tersebar kemana-mana dan diterima dimana-mana. Itu lah tanda dan cara Roh Kudus hadir dalam Gereja, bagi penyebar luasan Injil ke seluruh dunia.

Bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam hidup pribadi? Kita dapat melihatnya dalam Injil. Yesus menyatakan kalau kita mengasihi Yesus, maka Yesus bersama Bapa akan tinggal dalam kita dan kita akan melaksanakan firmanNya. Kita akan ditolong dan didampingi Roh Kudus selama-lamanaya. Jadi pesan Yesus: tinggal dalam kasih Allah dan melaksanakan FirmanNya. Dari kedua bacaan ini kita dapat melihat bahwa hati berkobar itu sejajar dengan tinggal dalam kasih Allah. Bersaksi itu sejajar dengan melaksanakan Firman Yesus.

Apa artinya dalam hidup sehari-hari? Kita di dorong oleh Roh Kudus untuk mengalami kasih Allah dalam hidup kita, sehingga hidup kita bebas dari ketakutan, kecemasan dan penuh semangat untuk bersaksi, menyampaikan pesan Yesus: Allah mengasihi kita. Kesaksian kita sering kali berupa membagikan pengalaman tentang sesuatu yang sangat baik dan kita ingin orang lain mengalaminya juga.

Hidup penuh semangat seperti itu, tidak tiap hari kita alami. Bahkan kesadaran bahwa kita hidup dalam kasih Allah, tidak selalu kita miliki. Kita sering tenggelam dalam situasi negatip yang membuat hidup kita tidak bersemangat; bahkan lesu tanpa gairah.

Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”,. Ia tampak sedih. Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya. “Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu. “Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini.Norman Vincent Peale, tersenyum penuh simpati. “Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa. “Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam kesedihan.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi.” “Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman. “Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku! “ “Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias. “Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang amat mencintai”.

 Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?” “Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!” “Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri. “Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik……. Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif…..

Berpikir positip dan betindak positip adalah usaha manusia agar hidup kita tetap terarah pada Allah. Berpikir positip, berdoa, ikut Ekaristi, hadir dalam kegiatan Lingkungan/basis adalah sejumlah kegiatan positip agar kita tetap tersedia untuk dibimbing oleh Roh Kudus; semakin mengalami hidup dalam kasih Tuhan, semakin terbakar oleh kasihnya sehingga hidup kita juga semakin terbuka untuk menunjukkan kepada Dunia bahwa seluruh dunia itu ada dalam rencana kasih Allah. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here