Hidup “Slamet” Kolonel Ignatius Slamet Rijadi

0
777 views
Kolonel Ignatius Slamet Rijadi. (Ist)

IGNATIUS Slamet Rijadi sebagai salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Solo dan beragama Katolik ini lahir pada 26 Juli 1927.

Perjuangannya membela kemerdekaan yang diawali dengan mengajak teman–teman sesama pelaut untuk turut mengangkat senjata dengan tujuan untuk dapat mengusir Jepang dari bumi pertiwi ini.

Hal yang membuahkan hasil, karena Slamet Rijadi dan teman–teman berhasil membawa kabur kapal milik Jepang dan mengumpulkan kekuatan dari prajurit Indonesia.

Slamet Rijadi yang kemudian kembali ke Solo untuk membantu perjuangan rakyat hingga kemerdekaan Indonesia kemudian bertekad untuk membaktikan diri untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia.

Ia langsung ikut dalam berbagai aksi perjuangan melawan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, termasuk Agresi Militer I dan II.

Kolonel Ignatius Slamet Rijadi. (Ist)

Slamet Rijadi kemudian terus dilibatkan dalam misi mempertahankan kemerdekaan yang lain. Usai kesuksesannya dalam Serangan Umum Kota Solo, Slamet Rijadi dibaptis di Gereja Santo Antonius Purbayan Solo yang kemudian namanya berganti menjadi Ignatius Slamet Rijadi.

Aksi heroik di depan gerbang Benteng Victoria di Kota Ambon membuat Slamet Rijadi meninggal dunia pada 4 November 1950 dengan luka tembak di bagian perut.

Bahkan, di masa kritisnya beliau masih mampu memberikan instruksi untuk pasukannya yang sedang bertempur.

Salah satu cita–cita mulianya adalah untuk membentuk pasukan khusus yang setangguh pasukan baret hijau Belanda saat itu tak bisa diwujudkannya.

Namun, cita–cita itu berhasil dibayarkan oleh AE Kawilarang dengan membentuk Kesatuan Komando (Kesko), yang kemudian mengalami pergantian menjadi Korps Angkaran Darat (KKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), hingga menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Teladan dari Ignatius Slamet Rijadi

Dalam masa kritisnya beliau masih mampu menjadi seorang pemimpin dan dengan keberanian serta mimpinya yang kuat beliau mampu berjuang demi kemerdekaan.

Tak lupa akan Tuhan, setelah kesuksesannya memimpin pasukan beliau memberikan diri untuk dibaptis.

Sebagai umat Katolik, kita dapat mengambil teladan dari kisah hidup Ignatius Slamet Rijadi yang selalu berani untuk mewujudkan mimpinya bahkan di tengah situasi yang tak mudah dilalui.

Terutama dalam masa pandemi yang saat ini, hidup dalam keterbatasan dan kekhawatiran kita harus dapat bangkit dari setiap kecemasan yang ada dan untuk terus bermimpi dengan semangat yang tinggi.

Beliau memberikan dirinya untuk dibaptis setelah kesuksesannya menandakan bahwa ia percaya kepada Tuhan dan tidak pernah lupa akan Tuhan bagaimanapun kondisinya.

Akses beribadah secara offline ke gereja saat ini mungkin masih dibatasi dengan tujuan keselamatan bersama. Namun, tidak membatasi kita untuk tetap dekat dengan Tuhan.

Ibadah online yang sudah mudah dilakukan dan banyak konten rohani yang disediakan diberbagai platform membuat kita untuk dapat beradaptasi dengan segala cara pendekatan kepada Tuhan yang ada.

Teladan lain yang dapat kita dapat secara tersirat dari kisah Ignatius Slamet Rijadi adalah dengan tetap memikirkan sesama.

Terutama saat pandemi seperti ini, kita dapat berbagi kepada sesama terutama kepada orang–orang yang membutuhkan dengan banyak cara seperti membuka galang dana atau berdonasi secara pribadi.

Semoga kisah Ignatius Slamet Rijadi yang selalu semangat bermimpi dan peduli pada sesama ini dapat menginspirasi kita untuk dapat terus berbuat baik kepada sesama.

Ditulis oleh Monica Widyawati, Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya.

Sumber:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here