Hidupku Berubah Pasca Ikuti Magis Gathering dan WYD 2023: Jadi Diri Sendiri, Bergerak Ikut Selamatkan Bumi (4)

0
194 views
Mengikuti program eksperimen lingkungan hidup di sebuah wilayah udik di luar kota Lisabon. Ini adalah salah satu program acara Magis Gathering 2023 di Portugal. (Dok. Kiki Fajarwati)

SEBELUM berangkat ke Lisabon, Portugal, untuk mengikuti gelaran World Youth Day 2023 dan Magis Gathering bersama para aktivis Magis Dunia, aku dilanda kegelisahan batin luar biasa. Karena masih menyandang keresahan. Utamanya terkait pilihan pasangan yang aku pilih sendiri saat ini secara sadar.

Peneguhan diri

Pilihan ini memang bertentangan dengan beberapa orang yang selama ini berpengaruh dalam pilihan hidupku. Karena beberapa alasan yang mereka paparkan. Hal ini sungguh menyita pikiranku. Juga sering kali telah membuatku tidak yakin dengan pilihanku. Dan itu pada gilirannya juga  sangat berpengaruh pada relasiku dengan pasangan dalam keseharian.  

Oleh karena itu, salah satu intensi yang aku bawa selama di Portugal adalah peneguhan atas pasangan yang aku pilih saat ini.

Satu hari sebelum Magis Gathering dimulai, kami tim Magis Indonesia melakukan ziarah ke Sanctuary of Our Lady of Fatima. Di tempat ini, aku melakukan jalan menggunakan lutut bersama beberapa teman.

Perjalanan menuju tempat peziarahan penampakan Bunda Maria di Fatima, Portugal. (Kiki Fajarwati)
Lokasi Sanctuary of Our Lady of Fatima. (Kiki Fajarwati)

Sebelum jalan, kami diminta untuk mengatakan dalam hati satu intensi yang ingin dimohon dan aku memilih pergulatan ini. Sambil melakukan Rosario dalam perjalanan, awalnya aku merasa yakin bahwa pasanganku saat ini adalah pilihan yang tepat. Hingga aku sampai menangis, karena terharu dan merasa berat. Namun aku yakin bahwa aku bisa melakukannya.

Namun, tiba-tiba ditengah jalan, aku merasa ragu kembali. Aku takut jika pilihanku ini menyakiti orang lain. Aku mengalami keraguan parah; bahkan ingin mengakhiri perjalanan ini karena lutut juga sudah terasa sangat sakit.

Namun tidak tahu kenapa, aku tetap ingin melanjutkan perjalanan itu hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan. Dengan penuh keraguan untuk tetap lanjut, akhirnya aku merasa bahwa Tuhan menginginkan aku tenang.

Jalan menggunakan lutut dari bagian depan menuju Gua Maria Fatima di Lisabon, Portugal. (Kiki Fajarwati)

Ini hanya masalah waktu.

Setelah seleesai jalan menggunakan lutut, aku merasakan lega dan yakin pilihanku saat ini adalah benar. Aku secara sadar memilih dan siap menerima risiko. Kalau pun di suatu saat gagal, itu sudah urusan Tuhan; bukan urusan manusia.

Aku merasa diajak untuk percaya diri saja dengan pilihan hidupku saat ini, karena yang menjalankan aku sendiri bukan orang lain. Aku sendiri yang tahu persis apa yang aku butuhkan saat ini.

Hal itu terus mendapat peneguhan selama proses di Portugal. Peneguhan lain adalah ketika misa pembukaan Magis Gathering, kami peserta diminta untuk menutup mata dan membayangkan orang yang pertama kali sungguh mengenalkan kita dengan iman Katolik.

Tidak tahu kenapa, yang muncul dalam kontemplasiku adalah beberapa orang yang memiliki perbedaan pendapat denganku dalam hal memilih pasangan.

Aku menangis dan bertanya kenapa semua ini terjadi perbedaan pedapat dalam pilihan hidupku membuat relasi tidak baik?

Namun, kemudian aku merasa terangkat kembali ketika acara grand opening Magis Gathering di malam hari. Seluruh peserta menyanyikan official hymn berjudul Magis Future.

Suasana dan lirik sungguh mendukung tema” “Let’s create a hope-filled future”. 

Beberapa liriknya antara lain berbunyi “We are creating a hope-filled future. The more, we walk. The more, we see.”

Ilustrasi: Ad Maiorem Dei Gloriam yang artinya demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan.

Aku merasa sungguh diajak menjadi diri sendiri. Aku adalah orang muda harapan saat ini dan masa depan. Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk melakukan segala hal jika diarahkan untuk memuji dan memuliakan Tuhan.

Pasangan juga sarana untuk AMDG (ad maiorem Dei gloriam – demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan). Jadi jangan takut jika pilihan itu lebih mendekatkanku mencapai tujuan diciptakan.

Ditambah paginya ada seminar tentang “Who are we?” dengan narasumber Romo Mike Martinez SJ.

Ia adalah seorang rapper yang membawakan seminar dengan sangat menarik. Apa yang ia katakan membuatku semakin yakin pada pilihanku, semakin percaya diri bahwa aku adalah harapan.

Oleh karena itu, jangan takut dengan apa pun yang aku yakini bahwa jalan itu menjadi jalan AMDG bagiku. Tidak ada yang bisa menghalangi mimpi setiap orang dalam segala hal yang positif dan diarahkan untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Be Yourself. You are hope of future. Jika gagal, tidak masalah karena gagal adalah proses menuju berhasil.Aku merasa bersyukur melalui dua hari pertama menjalankan Magis Gethering.

Intensiku terjawab.

Aku diajak untuk selalu yakin, percaya, dan berani pada pilihanku dengan segala resikonya. Jika memang diarahkan untuk kemuliaan Tuhan, maka Tuhan akan merestui dan mempermudah segala hal.

Ilustrasi – topeng. (Ist)

Jangan takut berbeda pendapat dan berkonflik apalagi untuk hidup yang akan aku jalani sendiri, bukan oranglain. Dari proses ini, aku menjadi semakin mengenal diriku.

Ternyata selama ini aku adalah orang yang mudah terpengaruh pada omongan orang lain. Aku terlalu mendengar oranglain berbicara tentang aku; apalagi mereka yang berbicara tentangku adalah orang-orang yang menurutku adalah guru, orang hebat, atau orang yang sudah berpengalaman.

Aku pasti akan sangat mendengar -bahkan lupa menyaring- sehingga sering kali membuatku bingung, tidak percaya diri; bahkan jadi tidak yakin dengan diri sendiri dengan segala kelebihanku.

Maka, ajakan personal Tuhan untukku melalui pengalaman ini adalah aku harus yakin dengan diriku sendiri, percaya pada diri sendiri dengan terus berkomunikasi dengan Allah.

Hanya aku dan Allah yang mengetahui secara persis siapa aku dan apa yang aku butuhkan saat ini. Pilihan itu pasti berisiko, bisa benar bisa salah; bahkan gagal.

Namun yang perlu diketahui, hidup adalah belajar. Hidup sebagai peziarah harus berani mencoba, berani gagal dan bangkit lagi.

Gantungkan diri pada Allah, maka Allah akan menyertai.

James Martin SJ: Doa Pasrah Diri (Ilustrasi by Romo Bernardus “Koko” Windyatmoko MSF)

Manusia masa lalu, masa kini dan masa depan.

Kita masing-masing ini sungguh berhak memiliki kehidupan yang layak

Aku adalah orang yang memiliki ketertarikan dengan isu=isu lingkungan hidup. Saat kuliah, aku ambil jurusan Ilmu Lingkungan dan saat ini bekerja di sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang edukasi lingkungan hidup.

Puji Tuhan, saat program Magis Gathering aku mendapatkan experiment dengan tema ekologi dan lingkungan selama 6 hari 5 malam di Santo Tirso, sebuah pedesaan di Portugal.

Aku semakin diperlihatkan bahwa saat ini bumi tidak sedang baik-baik saja. Dipaparkan  melalui film dan syering dari para peserta di seluruh dunia. Dua film itu di antaranya adalah The Letter, film tentang Ensiklik Laudato Si’ yang menceritakan seruan Bapa Paus untuk merawat bumi rumah bersama.

Film kedua berjudul Bigger than Us yang menceritakan salah satu anak muda aktivis lingkungan asal Indonesia: Melati Wisjen. Ia pergi berkeliling dunia untuk menemui anak muda lain yang berjuang sepertinya di banyak negara.

Sesi syering peserta juga semakin menunjukkan bahkan bumi benar sedang mengalami porak poranda.

Ilustrasi: Gerakan pelestarian bumi dan lingkungan yang hijau dan asri.

Dalam program ini, aku juga sempat merasa malu, ketika ada sesi menghitung jejak karbon yang dihasilkan dengan cara mengisi pertanyaan dalam web kemudian di akhir akan terlihat berapa jumlah bumi yang dibutuhkan dengan cara hidup kita saat ini.

Hasil dari tesku menunjukkan bahwa gaya hidupku saat ini ternyata membutuhkan 3,1 bumi. Aku sangat merasa malu, karena dalam keseharian aku adalah seorang fasilitator pendidikan ekologi, namun ternyata hidupku sendiri tidak ekologis.

Dalam experiment ini juga ada kontemplasi dengan alam. Aku sungguh mengalami kedekatan dengan tanah. Tanah yang memberikan kehidupan. Memberikan tempat tinggal, memberikan makanan untuk kehidupan sehari-hari.

Namun, hingga saat ini, banyak orang termasuk aku belum terlalu sadar bahwa tanah, air, udara dan seluruh makluk memberikan kehidupan untuk hidup kita.

Grup eksperimen ekologi dan lingkungan di Santo Tirso, luar kota Lisabon, Portugal. (Kiki Fajarwati)

Kita tidak bisa hidup tanpa alam.

Bukan alam yang butuh kita, namun kita yang butuh alam. Tanpanya kita tidak bisa menghirup okigen yang diberikan oleh tanaman, kita tidak bisa hidup tanpa beras, sayuran dan buah dari tanaman yang tumbuh di tanah.

Manusia sungguh lemah tanpa alam, bahkan akan musnah tanpa alam. Masih banyak orang hidup semau sendiri. Dan aku pun gemas dengan diriku sendiri; karena masih setengah-setengah untuk terlibat dalam perjuangan ekologi ini.

Aku merasa dibangunkan melalui experiment ini. Dalam hal terlibat ini, ada contoh anak muda yang semakin hari semakin aku kagumi yaitu Gretta Thunberg, anak muda aktivis climate strikes asal Swedia.

Aku semakin mengaguminya, ketika ada orang muda muda Portugal syering tentang komunitasnya yang berjuang dalam isu climate strikes yang pergerakannya dipengaruhi oleh Gretta.

Ilustrasi: Membiasakan Hidup Tertib dan Bersih Lingkungan (Sr M. Ludovika OSA)

Melalui proses ini, aku merasa Tuhan mengajakku untuk bangun dan melek hati dan pikiran bahwa bumi sedang porak poranda.

Sebelumnya, aku hanya mendengar permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia, namun melalui experiment ini aku mendengar sendiri apa yang dialami oleh banyak negara.

Semua sama. Perubahan iklim atau climate change sudah mengacam -bahkan sudah disebut darurat iklim- hidup kita semua. Hidup umat manusia.

Tidak hanya berpikir hari ini, namun pikirlah masa depan. Ayo bangkit.

Terimakasih untuk seluruh tim Magis Indonesia: Romo Koko SJ, Romo Hendra SJ, Aji, Linda, Sherly, Winni, Yenny, Ayu, Krisna, Cecil, Fanya dan Abi. yang telah bersama-sama mengukir kenangan indah dengan Allah selama persiapan dan pelaksanaan. AMDG.

Aku sungguh diajak melek, bangkit dari tidur untuk terus terlibat dalam masalah yang sangat krusial ini.

Aku semakin diyakinkan bahwa pilihanku bergerak di bidang lingkungan hidup adalah tepat dan benar adanya.

Yang dibutuhkan saat ini adalah keseriusan dan ketekunan mendalami masalah ini. Berpikir tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk seluruh ciptaan dan masa depan.

Semua makluk masa lalu, masa kini dan masa depan berhak memiliki kehidupan yang layak. (Selesai)

Baca juga: Gereja Katolik Universal Bergaung Keras di World Youth Day 2023 di Lisabon, Portugal (3)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here