“Apakah hipnoterapi itu sama dengan dicuci otak?” Pertanyaan seperti ini ada kalanya muncul, dikaitkan dengan terorisme. Penanya mengira bahwa orang mau menjadi teroris setelah otaknya dicuci dengan hipnoterapi.
Beberapa kali orang juga bertanya, “Apakah hipnoterapi bisa mencuci otak para koruptor biar sadar?” Ada yang membayangkan hidup rakyat akan makmur seandainya para koruptor dan pejabat yang tidak mau melayani masyarakat bisa dihipnoterapi sampai otaknya bersih.
Hipnoterapi bukan praktik cuci otak (brainwashing). Hipnoterapi adalah terapi dengan teknik hipnosis. Bila seseorang mendatangi hipnoterapis meminta diterapi, berarti ada suatu masalah yang ingin diatasi oleh orang tersebut. Masalahnya bisa menyangkut fisik mapun psikis.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan itulah terapis bekerja. Bila masalahnya terlalu banyak yang mau diselesaikan, seorang terapis perlu meminta kepada klien untuk menunjuk satu masalah yang paling menjadi prioritas untuk diatasi. Tak jarang, masalah yang banyak itu memiliki kaitan satu sama lain. Sehingga bila satu masalah utama diselesaikan, bukan tak mungkin yang lain-lain otomatis terselesaikan juga.
Singkat kata, hipnoterapi dilakukan semata-mata demi dan untuk membantu klien. Bukan hipnoterapis yang mendatangi klien dengan tujuan tertentu, melainkan klien yang datang menemui hipnoterapis untuk mencapai tujuan mereka.
Sedangkan brainwashing yang dipraktikkan terhadap para calon teroris maupun dalam pelatihan kader lainnya, bukan karena para calon kader atau calon teroris itu punya masalah yang memerlukan bantuan. Para pengkader aktif mencari, mendatangi dan memilih calon kader yang sesuai dengan maksud mereka.
Brainwashing dipilih, justru karena teknik tersebut memungkinkan para pengkader bisa mencapai tujuan mereka dengan membuat calon kader/calon teroris itu kehilangan akal sehatnya; sehingga tunduk dan patuh terhadap bujukan serta perintah pengkader.